Mohon tunggu...
Kres Dahana
Kres Dahana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Magister Penyuluhan Pertanian Universitas Jenderal Soedirman

Membaca lalu menulis... Menulis lalu membaca...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Petani Milenial dan Pertanian 4.0: Pertanian Fertigasi dan Presisi

7 November 2021   12:37 Diperbarui: 7 November 2021   12:42 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/penyuluhan pertanian kebumen-youtube

Hasil Pertanian di Pasar Online kan

Hasil dari pertanian keren tersebut, selanjutnya dipasarkan melalui media sosial atau toko online.  Hasil panen dikemas dengan kemasan yang menarik, diberi bubble wrap apabila akan dikirim jauh, atau dikemas dengan teknik tertentu agar dapat terjaga dari kerusakan.  Dengan pasar online, akan lebih banyak konsumen, harga juga bisa terjaga dengan baik, yang tentunya akan menghasilkan keuntungan.

Selain jual produk langsung, pertanian modern semacam ini juga bisa ditawarkan sebagai tempat agrowisata.  Misalnya, ketika membudidayakan melon.  Konsumen tidak saja hanya 'membeli', tetapi diajak untuk ikut memanen misalnya.  Dengan cara ini, meskipun melon dijual lebih tinggi daripada harga standar, pembeli tidak akan mempermasalahkannya, karena mendapat intangible benefit yang lain.

Kesimpulan:  Petani Milenial dan Pertanian 4.0

Saya termasuk orang yang optimis, anak-anak muda Indonesia, akan kembali menggeluti bidang pertanian, meskipun dengan cara yang berbeda, cara yang lebih modern dan keren.  Dan mereka akan menjadi petani milenial yang tangguh dan mandiri.  Jika menurut Kementerian Pertanian RI, petani milenial adalah petani yang berusia antara 19 -- 39 tahun.  Tetapi menurut saya, apabila anda merasa muda dan bisa menerapkan teknologi modern dan keren dalam bidang pertanian.  Selayaknya anda disebut petani milenial.  Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun