Mohon tunggu...
kristanto budiprabowo
kristanto budiprabowo Mohon Tunggu... Human Resources - Hidup berbasis nilai

Appreciator - Pendeta - Motivator

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Pemberian Solusi Memberdayakan?

3 November 2019   14:41 Diperbarui: 3 November 2019   14:44 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat memperkenalkan perspektif pemberdayaan diri dan komunitas, di Malang.

Pertanyaan-pertanyaan kritis perlu dibiasakan untuk disadari agar perkembangan proses pendidikan juga meluaskan perspektif anak didik menjadi semakin luas. Namun pada masanya orang sadar bahwa bukan pada pertanyaan dan atau jawaban tepat saja terdapat proses mendewasakan diri. 

Ada misteri alamiah yang bertahan agar kehidupan bermakna terus dapat berlangsung yaitu nilai-nilai.

Dalam konteks kehidupan sosial, pilihan pada proses pemahaman berbasis masalah adalah cara yang paling umum diperkenalkan pada peserta didik, bahkan para aktivis yang kritis. Ketepatan menganalisa masalah dan menemukan akar masalah sosial, diandaikan akan menjadi jalan terbaik untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang terjadi. 

Proses analisis demikian bisa mulai dengan isu global, namun juga bisa berangkat dari logika personal. Semua bertumpu pada model penyelesaian agar yang kurang dan tidak ada menjadi lengkap dan ada tersedia bagi semua kebutuhan manusia. Keseimbangan dijaga sedemikian rupa agar yang menguntungkan dan merugikan bisa setidaknya diharmoniskan menjadi damai. 

Pemenuhan keinginan dan kebutuhan tiap orang, masyarakat dan lingkungan, diletakkan sebagai ukuran keberhasilan dan kegagalan analisa dan uji coba solusi yang ditawarkannya. 

Semakin banyak pilihan solusi, semakin beragam cara-cara bisa dipraktekkan, juga adalah penanda seberapa mampu seseorang dan sebuah komunitas menerimanya dengan baik. 

Jelas dan tak terbantahkan bahwa sepanjang perkembangan peradaban manusia, metode pemberdayaan, pertumbuhan, dan perkembangan berbasis masalah ini telah semakin membuat manusia menjadi semakin pintar dan terampil memanfaatkan teknologi dan ilmu yang ditemukan terkini.

Namun masih ada pertanyaan mendasar; apakah masalah teratasi? Ketika menganalisa sebuah konflik atau perang, apakah dengan kecanggihan ilmu dan teknologi lantas masalah perang dan konflik sosial teratasi dan hilang dari peradaban? 

Masalah-masalah sosial lainnya, yang sudah ada sejak dari era pra-sejarah seperti kebodohan, kemiskinan, kebencian pada yang berbeda, perkosaan, penindasan, ketidakadilan, penderitaan, dan lain sebagainya, lantas dengan kecanggihan analisa berbasis masalah, apakah solusinya sudah benar-benar ditemukan tuntas? Toh kenyataannya semua itu masih ada dan terjadi pada peradaban yang sudah sedemikian purna kecanggihannya.

Sementara itu, sesungguhnya sejak jaman dahulu kala juga, selalu ditemukan sebuah perangkat pemahaman yang kadang dipelopori oleh seorang guru, nabi, rasul, orang suci, cerdik cendekia, bahkan orang biasa dan dalam komunitas tradisi yang sederhana, sebuah cara memahami yang secara radikal berbeda dengan cara berbasis masalah di atas. 

Cara pandang manusia terhadap segala sesuatu yang ada di dalam, disekitar, di lingkungan seseoranglah yang selalu ditegaskan untuk berbasis pada dasar-dasar nilai manusiawi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun