Mohon tunggu...
kristanto budiprabowo
kristanto budiprabowo Mohon Tunggu... Human Resources - Hidup berbasis nilai

Appreciator - Pendeta - Motivator

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Pemberian Solusi Memberdayakan?

3 November 2019   14:41 Diperbarui: 3 November 2019   14:44 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat memperkenalkan perspektif pemberdayaan diri dan komunitas, di Malang.

Di suatu sore yang cerah, angin berhembus menyejukkan, kepala kampung bersama dengan tetua kampung dan beberapa pemuda/pemudi duduk di ngarai berumput indah, seperti menyambut matahari yang akan tenggelam. 

Si anak remaja dihadirkan bersama paman dan Ibunya. Suasana begitu tenang, semua menikmati sore yang hangat bersama-sama. Tetua kampung memulai pembicaraan. Saat itulah semua yang hadir disitu bergeser duduk melingkari si anak remaja bersama ibunya dan membuatnya berada seperti ditengah perhatian semua orang. Tetua kampung mengatakan: "Nak, kamu adalah anak dari seorang Ibu yang rajin bekerja dan sangat baik hati. 

Ketika tersiar khabar tentang kelahiranmu, seisi kampung bersorak gembira, anak-anak kecil waktu itu, yang sekarang duduk sebagai muda-mudi disekitarmu ini, bahkan membunyikan musik bambu dan seruling, menandai kehadiranmu di kampung ini." Dia memandang jauh ke bukit-bukit hijau, matanya bersinar dan tersenyum bahagia.

Setelah hening sejenak tanpa ada yang bersuara, sang paman angkat bicara. "Anakku yang istimewa, pertama kali Ibumu mengijinkanku menggendongmu dulu, adalah saat paling membahagiakan dalam hidupku. Aku merasa melihat matahari bersinar karena hatiku penuh dengan kebahagiaan." Lalu sang paman diam, matanya memandang matahari yang semakin rendah di balik perbukitan menebar warna yang mengagumkan.

Setelah hening sejenak, seorang pemudi mengutip sebuah lirik tradisional mengatakan: "Masa depan kampung ini pernah kamu tandai, bukan dengan kerasnya suara tetapi kelembutan hati. Saat pertama kali kamu belajar berjalan, saat kamu jatuh terjerembab dan bangkit lagi, kami semua anak-anak kampung bahagia bersorak, menyaksikan harapan dan perjuangan akan lestari". 

Semua yang hadir kemudian secara bergiliran menyampaikan rasa kagum, rasa bahagia, rasa syukurnya atas kehadiran si anak di tengah-tengah mereka. Matahari telah tenggelam, malam berbintang segera akan datang, satu persatu para hadirin meninggalkan ngarai. Tidak ada keluhan sedikitpun. Tidak ada kemarahan, tidak ada kritikan dan ungkapan sinis sedikitpun untuk mengungkit sikap si anak. Akhirnya tinggal si anak disamping Ibunya, berdua mereka menyaksikan bintang pertama yang bersinar malam itu.

Seperti saya sebutkan di atas bahwa dongeng ini berasal dari beragam sumber dan pasti tidaklah tepat persis sebagaimana aslinya. Ada satu pertanyaan penting yang hendak disampaikan dari dua kisah di atas. 

Yaitu, anak remaja manakah yang dapat bertransformasi dengan baik di kemudian hari? Tentu kita bisa menanyakan dan bisa menganalisa konteks dan masalah dan penyebab dan sebagainya dari kisah di atas sebaik ilmu penafsiran yang kita miliki, sebelum menjatuhkan penghakiman atasnya. 

Namun perlu dicatat bahwa kisah seperti dua anak ini adalah kisah yang bisa  terjadi dimanapun dan dalam konteks apapun. Lingkungan tempat dimana kedua anak itu hidup juga pastilah lingkungan yang tidak asing dengan situasi hidup kita. Gambaran komunitas dan dimana anak itu hidup juga biasa-biasa saja. 

Satu hal yang membedakan adalah bagaimana pencerita, pendongeng menghadirkan kisah itu. Namun itupun tak terlalu penting. Anda sudah mendengarnya itulah yang terpenting.

Memahami berbasis masalah dan memahami berbasis nilai kehidupan

Ada banyak metode belajar, baik secara personal maupun komunal yang diperkenalkan kepada kita sepanjang hidup kita. Secara formal, di awal-awal masa pendidikan, pendidikan berbasis masalah adalah cara terpenting agar seorang anak memahami sesuatu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun