Mohon tunggu...
Engkos Koswara
Engkos Koswara Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah/ SMA Negeri Situraja

Semakin Berisi Semakin Merunduk

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mewariskan Cagar Budaya

8 Juni 2023   08:18 Diperbarui: 8 Juni 2023   08:29 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

  Edgar Dale (Dimyati dan Mudjiono, 2013, hlm. 45) mengemukakan jika belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Edgar Dale sendiri dalam pengelompokkan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. 

Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung saja tetapi ia bisa menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. 

Sebagai contoh seorang yang membuat tempe yang paling baik adalah ia bisa terlibat langsung dari pembuatan (direct performance) bukan sekedar melihat bagaimana orang membuat tempe (demonstrating) apalagi kalau hanya sekedar mendengar orang bercerita bagaimana cara pemuatan tempe (telling). 

Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan learning by doing (Dimyati dan Mudjiono, 2013, hlm. 46). Belajar sebaiknya dialami melalui pengalaman langsung. 

Belajar harus dilakukan secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Dimana guru harus bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Hal ini akan selaras dengan proses pembelajaran yang diharapkan dari kurikulum 2013 sebagai kurikulum yang hari ini telah diterapkan di Indonesia, dimana dalam prosesnya siswa diharapkan mampu untuk mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasikan, mengkomunikasikan, dan mencipta. 

Saya secara pribadi meyakini jika dengan menggunakan wadah berupa ekstrakulikuler kesejarahan, maka para siswa akan memiliki waktu lebih untuk bisa mengenali, memahami dan memaknai sejarah dan cagar budaya. Karena dengan waktu yang leluasa diluar jam pelajaran siswa bisa diarahkan untuk melakukan eksplorasi langsung ke tempat-tempat bersejarah di lingkungan sekitarnya. Sehingga kembali lagi diharapkan bisa mendekatkan pembelajaran sejarah ini dengan dunia nyata dari siswa tersebut. 

Pengemasan dari ekstrakulikuler ini bisa dilakukan dengan menunjuk tim dari guru-guru sejarah yang ada di sekolah tersebut untuk menjadi pembina dari komunitas kesejarahan ini sebagai langkah awalnya. 

Kemudian setelah terbentuk pembina, maka langkah selanjutnya adalah mengeluarkan surat keputusan dari kepala sekolah akan legalitas dari ekskul ini. Langkah selanjutnya adalah melakukan sosialisasi sekaligus rekruitmen dari siswa-siswi yang memiliki ketertarikan akan mata pelajaran sejarah, bisa atas rekomendari guru atau bersifat rekruitmen terbuka. 

Setelah itu mulai merencang kepengurusan dari siswa sendiri, sehingga komunitas ini dijalankan lebih utama oleh siswa secara aktif. Tetapi, tidak menutup kemungkinan jika apabila dibutuhkan, guru bisa mengajukan untuk mendatangkan ahli sejarah atau ahli budaya dari luar sekolahnya. 

Hal ini supaya pembelajaran sejarah tersebut lebih bermakna dan lebih komprehensif tidak hanya disampaikan oleh guru yang bersangkutan yang tentunya sudah pasti sering mereka temui di dalam pembelajarn di kelas. Dengan begitu akan menimbulkan nuansa belajar yang berbeda kepada siswa.

Adapun untuk para pemateri atau narasumber bisa mengundang dari komunitas-komunitas lain di kabupataen/kota sekolah tersebut, para tokoh-tokoh sejarawan lokal, bahkan bisa saja sharing dengan mahasiswa-mahasiswi di lingkungan sekitar, lebih khususnya yang mengambil konsentrasi di bidang keilmuan sejarah atau pendidikan sejarah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun