Mohon tunggu...
kornelius agustinus
kornelius agustinus Mohon Tunggu... -

saya suka menulis dan membaca :D

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemberani vs pengecut

22 Juli 2010   01:31 Diperbarui: 4 April 2017   18:30 3923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemberani vs pengecut. Dalam biografi seorang jendral pernah menulis sebuah kisah. Ketika dia ditempatkan dalam medan perang di makasar waktu itu. Dia baru lulus pendidikan, dan itu adalah penempatan nya yang pertama dalam medan pertempuran. Orang2 yang sudah lama di pertempuran waktu itu memandang sebelah mata pada dirinya. Karena dia badannya tidak tinggi seperti umumnya seorang prajurit, tubuhnya cenderung terlihat kecil. Ketika baru sampai, dan mempelajari medan lalu dia mengajak 5 orang patroli di sekitar kawasan mereka. Pasukan yang sudah lama waktu itu kaget akan nyali prajurit muda ini. Sebab biasanya paling sedikit yang patroli 20-30 orang. Itu saja masih untung jika pulang dengan anggota yang lengkap. Yang terjadi waktu itu, si prajurit muda ini bahkan berkali-kali memukul mundur musuh walau dengan pasukan yang sedikit sekalipun. Jadi menjadi pemberani itu ternyata tidak ada hubungannya dengan ukuran badan. Pemberani itu terletak di dalam hati, jika hatinya tidak berani, maka tingkah lakunya pun akan mengikuti. Seberapa besarpun badannya. Bagaimana mempunya hati yang berani?

Ada berbagai tipe orang yang berani. Berani karena hal yang dipunyai di luar dirinya dan yang di dalam dirinya. Kita belajar pertama apa yang di dalam dirinya terlebih dahulu. Ada kulit muka, otot, otak dan hati. Kulit muka di sini artinya muka yang tampak luar. Orang yang mempunya wajah ganteng biasanya pedenya over, beraninya over. Karena dia merasa mempunyai wajah yang lebih dari yang lain. Lalu otot, seorang yang mempunyai otot seperti Arnold si terminator akan lebih pede daripada seoarang yang cungkring seperti Udin penyok. Seorang yang mempunyai otak yang “encer”, tentu juga lebih berani daripada orang yang biasa saja. Terkahir hati, Seorang yang mempunyai hati yang berani jika dia tahu apa dia sebenarnya. Seperti halnya harimau si raja hutan, tidak akan mundur sedikitpun jika dia bertemu binatang lain. Hal ini karena dia tahu siapa dia. Nah sekarang tahukah anda identitas diri anda saat ini? Apakah anda seorang yang kuat? Atau seorang yang lemah? Salah satu factor pemberani ialah factor di luar tubuh, misalnya kekayaan, teman-teman, keluarga. Kunci menjadi pemberani ternyata adalah dimulai dengan menyadari apa yang dipunyai. Sudah tahukah anda apa yang anda punyai sekarang. Mengetahui apa yang anda punya akan membuat hati anda berani. Ini kuncinya. Jika anda mengetahui anda mempunyai kekurangan, anda akan cepat mencari cara menutupi kekurangan tersebut. Ini akan menyebabkan hati anda lebih berani.

Pemberani saja sebenarnya tidak cukup. Ada orang yang waton berani saja, waton nekat saja. Berani tanpa perhitungan ini sangat berbahaya. Ada nasehat yang bagus dari siasat perang begini: Jika anda tidak tahu kekuatan anda sendiri, kemanapun anda berperang pasti kalah, Jika anda hanya tahu kekuatan anda sendiri, tapi tidak tahu kekuatan lawan, anda punya peluang menang 50%. Tapi jika anda tahu kekuatan diri sendiri dan kekuatan lawan anda, 1000 kali anda berperang, 1000 kali anda menang. Jadi kalau kita berani kita perlu perhitungan juga. Justru takut itu perlu juga, ini akan membuat kita waspada. Jadi jangan overconfidence juga. Karena kalau orang over PD akan membuat dia tidak waspada yang bisa melenakan dan akhirnya dapat tertindas kalah. Sebanarnya berani yang kita perlukan dalam hidup ini ialah berani menghadapi hidup. Bukan berani berkelahi dengan 100 orang walau kita sendiri. Itu namnya berani ala preman. Berani menyatakan pendapat untuk membuka pandangan orang walaupun orang mungkin saja saat menerimanya tidak mau/sulit menerima. Dan yang penting berpegang pada pepatah lama, berani karena benar, takut karena salah. Dalam hal apa sekarang yang membuat anda berani? Lalu kita belajar mengenai pengecut, mari kita pelajari bersama.

Kita sekarang belajar tentang pengecut. Sekali lagi pengecut di sini bukan berarti dia takut berkelahi,, tetapi lebih pada aplikasi dalam kehidupan. Seperti apakah bentuk orang pengecut dalam hidup ini? Orang yang mau bunuh diri adalah oaring yang pengecut terhadap hidup. Masalah itu bukan harus lari, tapi hadapi saja. Ada juga orang yang meras hidupnya susah dan sering mengeluh. Seakan hanya dia saja yang susah. Si pengeluh ini adalah contoh konkrit si pengecut dalam kehidupan. Bagaimana agar kita tidak mengeluh? Saya masih terkesan dengan sebuah film iklan dengan judul, “Apa yang anda keluhkan?” Jika anda mengeluhkan tentang tempat tinggal sesungguhnya ada banyak orang di luar sana yang tempat berteduhnya pun sangat menyedihkan sekali. Jika anda mengeluhkan tentang ketidak sempurnaan tubuh anda, ternyata ada orang yang mempunyai tubuh tidak sempurna seperti Nick Vujivic (orang yang tubunhnya tidak sempurna hanya tubuh dan kepanya yang sempurna, tangan dan kakinya tidak) namun dia enjoy saja menghadapi hidup ini, malah memberikan sering motivasi. Sering orang pengeluh terlalu banyak melihat ke atas, melihat kesuksesan orang lain dan dia tidak merasa diberkati daripada oring lain ini. Sampai pada suatu titik dia akan merasa Tuhan tidak adil dan protes. Padahal kalau dia melihat ke bawah, ada lagi yang lebih malang dari dirinya. Bagaimana tahap kehidupan anda saat ini, pemberani atau pengecut?

Lalu kapan kita menjadi pengecut yang baik? Kalau kita ditantang berkelahi karena masalah sepele. Lebih baik kita mengalah saja, tidak usah diperpanjang. Biarlah orang menyebut kita pengecut. Jadi pengecut belum tentu selalu buruk. Sekali lagi, jadilah orang yang pemberani dalam kehidupan ini. Menghadapi kerasnya kehidupan dan tidak tunduk akan kesulitan hidup. Jadilah manusia pemberani.

ditulis juga di: http://www.facebook.com/HSGC6AreaPalangkaraya2010#!/notes/radiosangkakala-palangkaraya-full/rema-pemberani-vs-pengecut/416500317766

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun