Mohon tunggu...
Zulfihadi
Zulfihadi Mohon Tunggu... Wirausaha, Penggiat literasi, Hobi sejarah, budaya lokal dan cerita inspirasi

Kebahagiaan adalah pangkal keimanan, kesehatan dan kekayaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sandeq: Warisan Maritim Milik Semua Orang Sulbar

19 Mei 2025   12:14 Diperbarui: 19 Mei 2025   14:00 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Ilustrasi perahu sandeq (Sumber: istimewa)

Di tengah geliat budaya lokal yang perlahan bergeser, perahu Sandeq tetap berdiri tegak sebagai simbol kejayaan maritim masyarakat Mandar. Bagi masyarakat pesisir Sulawesi Barat---khususnya Polewali Mandar dan Majene---Sandeq bukan sekadar alat pelayaran tradisional.

Sandeq adalah simbol identitas, filosofi hidup, dan kearifan lokal yang terpatri dalam sejarah panjang pelayaran nenek moyang.

Secara teknis, Sandeq adalah perahu tercepat di dunia tanpa mesin. Ia dirancang untuk menaklukkan lautan lepas, mengandalkan angin dan kepiawaian para passandeq (pelaut Mandar) dalam membaca arah, ombak, dan cuaca. Keunggulannya terletak pada kelincahan, kecepatan, dan keluwesan dalam menghadapi tantangan alam.

Namun lebih dari itu, Sandeq merepresentasikan semangat kolektif masyarakat: gotong royong, keberanian, dan kecintaan terhadap laut.

Tahun berlalu, masa berganti. Sandeq yang dahulunya digunakan sebagai perahu penangkap ikan atau pembawa barang perlahan mulai tergeser dan diganti dengan perahu bermesin.

Lalu kemudian atas inisiasi Horst H. Liebner, seorang antropologi maritim yang sangat konsen dengan kebudayaan bahari Mandar, maka pada tahun 1995 diadakanlah even Sandeq Race I dengan etape lomba Majene-Makassar.

Setiap tahun, ajang Sandeq Race digelar sebagai bentuk pelestarian tradisi dan penghormatan atas warisan nenek moyang.

Meski bentuk dan bahan ada yang sedikit berubah mengikuti pengetahuan para pembuat perahu akan ilmu aerodinamika. Namun semangat dan kecintaan tidaklah berubah dan luntur.

Ratusan pasang mata menyaksikan deretan perahu meluncur di atas laut, dari titik start hingga garis akhir yang jauh membentang.

Tapi satu pertanyaan penting yang kerap luput ditanyakan: siapa sebenarnya pemilik tradisi ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun