Mohon tunggu...
Yudho Sasongko
Yudho Sasongko Mohon Tunggu... Freelancer - UN volunteers, Writer, Runner, Mountaineer

narahubung: https://linkfly.to/yudhosasongko

Selanjutnya

Tutup

Nature

Sekuestrasi Karbon Gambut Kalimantan

23 Oktober 2021   00:48 Diperbarui: 23 Oktober 2021   00:53 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sangat terkesan ketika membaca hipotesis biografis tabrakan dua Superbenua Gondwana dan Laurasia. 

Ekstasi bacaan itu seolah membuat saya terpojok duduk terpaku di depan layar lebar fiksi ilmiah era neoproterozoikum yang hingga kini belum pernah dibesut detailnya oleh para sineas.

Hanya Steven Spielberg yang kreatif utak-atik, itupun mentok hanya di era Jurasik dengan karya fiksi Jurassic Park yang terkenal itu.

Runut tabrakan dua superbenua tersebut akhirnya berhenti dengan hasil berupa terbentuknya dataran luas berbukit-bukit dan berlahan basah yang disebut Borneo atau Kalimantan.

Kedahsyatan tabrakan superbenua itu sering menjadi gambaran liar bagi diri saya.

Semisal ia hadir saat saya mengintip lanskapnya dari jendela pesawat, seperti dua bulan lalu setelah saya puas menyatroni hutan-hutannya dengan mata kepala sendiri.

Keunikan biografisnya begitu merayu para ilmuwan. Tak terkecuali si Alfred Russel Wallace yang begitu bernafsu dan sahih menggambar garis imajiner yang dikenal dengan nama Garis Wallace itu.

Sama halnya dengan garis imajiner Khatulistiwa yang juga ikut-ikutan nyangkut, membelah dan memaras ayu Kalimantan.

Salam hormat untukmu Al Idrisi dengan Al khatul istiwa-mu.

Saling-silang dua garis imajiner ini membuat Kalimantan memiliki keanekaragaman hayati yang tak tertandingi oleh Amazon sekalipun.

Keanekaragaman lahannya seperti: lahan mineral, lahan kering, lahan basah, rawa, gambut, dan mangrove hanya bisa ditemui di sini saja.

Kesuburan tanah dan kelebatan hutan hujan tropisnya adalah hasil akumulasi pembusukan vegetasi selama ribuan tahun yang lalu.

Pembusukan yang lambat dan lama ini adalah kunci pembentukan reservoir cadangan karbon yang tentunya terbesar di dunia.

Namun, warisan kaya nan elok hasil tabrakan dua superbenua tersebut kini hampir sekarat! 

Kalimantan terancam! Reservoir cadangan karbonnya akan segera terbuka dan terlepas, siap membombardir atmosfer.

Cadangan karbon yang kini mulai terusik itu terletak di lahan basah dan lahan gambut yang sangat luas.

Kekuatan sekuestrasi karbon atau daya pemindahan karbon dari atmosfer yang kemudian didepositkan ke reservoir-reservoir raksasa, kini terlihat mulai menurun.

Keadaan darurat kemungkinan pelepasan karbon dari reservoir raksasa tersebut jelas lebih mencekam daripada gundah-gulana atas cerobong-cerobong kombusi industri itu. 

Lahan gambut yang merupakan bagian terbesar lahan Kalimantan diketahui kuat dan sahih mampu menampung sejumlah besar karbon dunia agar tidak terlepas ke atmosfer.

Keadaan makin parah dengan andil lainnya seperti pelepasan gas rumah kaca dari proses industri dan proses hidup lainnya. 

Termasuk pula dari emisi yang berupa jejak karbon individu harian serta emisi karbin rumahan.

Lahan gambut Kalimantan mampu menyimpan jutaan ton karbon dengan ketebalan gambutnya hingga 10 meter.

Ketebalan gambut yang menghunjam ke bumi tersebut berfungsi taktis sebagai jebakan karbon yang tak tertandingi. 

Jangan sampai hasil proses pembusukan yang berlangsung selama ribuan tahun lalu tersebut hilang oleh alih fungsi lahan atau kebakaran. 

Dengan mempertahankannya, ini bisa membuat Kalimantan terus bertahan sebagai salah satu kawasan utama penyimpan karbon terbesar di dunia. 

Ada empat reservoir utama penyimpanan karbon yang dimiliki lahan gambut Kalimantan.

Reservoir karbon tersebut adalah biomassa atas-permukaan; biomassa bawah- permukaan; serasah daun; ranting; kayu mati; dan tanah.

Itulah empat sumber sekuestrasi karbon lahan gambut yang kini mulai terusik kelestarian dan keberadaannya.

Selain terusik oleh alih fungsi lahan, ancaman semburan karbon bisa makin besar jika pepohonan di atasnya habis ditebangi yang juga akan berakibat punahnya vegetasi endemik pengunci reservoir cadangan karbon.

Konversi lahan menjadi perkebunan dan pertambangan harus dihentikan. Namun ini bukan berarti keduanya harus diakhiri total.

Perlu adanya konsesi yang berimbang. Termasuk pemindahan faktor perusak ke lahan yang sudah terdegradasi di wilayah lainnya.

Bagaimana andil saya untuk mendukung pertahanan reservoir karbon dari lahan gambut tersebut? 

Bagaimana cara saya mempertahankan empat sumber utama sekuestrasi karbon jagad tersebut?

Yang jelas itu harus berupa tindakan nyata. 

Semisal tindakan mitigasi langsung di jantung pertahanan cadangan karbon terbesar tersebut.

Salah satunya yang saya upayakan adalah Menegakkan kembali (revegetasi) serta memberi hak penuh kepada tanaman endemik gambut sebagai pengunci reservoir karbon.

Revegetasi dan rehabilitasi tanaman endemik gambut menurut saya adalah pilihan terbaik untuk hal sustainabilitas dan efisiensinya.

Kenapa begitu?

Sebab, tanaman endemik gambut sangat andal daripada tanaman yang berjenis nonendemik lainnya untuk urusan penguncian reservoir karbon.

Vegetasi endemik gambut selain mampu menangkap dan mengunci reservoir karbon dalam jangka waktu yang lama, tanaman tersebut sudah terbukti mampu bertahan di lingkungan dengan derajat keasaman tinggi.

Vegetasi endemik gambut seperti pohon belangeran atau kahoi, sangatlah mudah tumbuh di daerah tipe hujan A, termasuk kawasan gambut Kalimantan.

Maksimal rata rata ketinggian pohon tersebut antara 20-25 meter dan memiliki diameter yang dapat mencapai 50 cm (BPKB, 2012). 

Dengan melihat fisiologi dan anatomi kayu tanaman belangeran yang istimewa tersrbut, sangatlah cocok sebagai pengunci yang andal dan berkelanjutan bagi reservoir karbon gambut Kalimantan.

Pilihan itu juga karena pertimbangan  tanaman belangeran merupakan vegetasi endemik gambut yang mudah tumbuh dan mampu menyintas tanpa perawatan yang berat pada awal kembangnya.

Revegetasi dan rehabilitasinya sangat cocok dipadu dengan aplikasi model kultivasi paludikultur, yaitu sistem yang memanfaatkan debit air untuk memaksimalkan tumbuh kembangnya.

Sistem ini tidak hanya dapat memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga dapat menghasilkan biomassa  besar yang berkontribusi sebagai penangkap dan pengunci reservoir karbon lahan gambut.

Tentunya upaya ini sangat mendukung label net zero emissions di samping upaya-upaya lainnya yang sangat beragam.

Mari tanam vegetasi endemik gambut Kalimantan sebagai pengunci reservoir cadangan karbon dunia sebelum semuanya terlambat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun