Mohon tunggu...
Tuyono
Tuyono Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan swasta

Cashier / Marketing /Customer Service Oficer / Self Investing.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Sewindu Kedua

26 Februari 2020   10:26 Diperbarui: 25 Juli 2022   05:05 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Senang rasanya bisa mutasi kerja ditempat yang baru apalagi tempat kerja sangat dekat dengan rumah yang saya tinggali, biarpun itu hanya numpang dirumah kakak saya.

Kisah ini sudah hampir 15 belas tahun lewat, tepatnya di akhir tahun 2004.

Banyak banyak hal hal baru yang saya dapatkan dikota ini, Karawang, beda sekali dengan kota yang sebelumnya saya tahu. 

Disini begitu eratnya tali pertemenan seolah olah hidup itu harus banyak teman gak boleh sendirian, inilah kultur budaya yang saya sukai disini. 

Seperti halnya menghadiri pesta perkawinan teman sekerja, sunatan adalah hal yang paling sering dijumpai disini seperti berada disebuah kehidupan masa lalu yang penuh cerita dan makna.

Itulah sekelumit kisah tentang kota ini yang punya daya tarik buat kaum pendatang dan tak jarang yang enggan beranjak dari kota ini. 

Kembali ke cerita ditempat dimana saya bekerja sebagai seorang kasir karyawan swasta, Matahari. Hari pertama bekerja disini sungguh luar biasa, sambutan hangat teman baru masih teringat jelas dibenak ini.  Mungkin inilah awal keberkahan suatu tempat dimana saya bekerja. 

Bulan demi bulan dilewati disini, tak terasa waktu begitu cepat saya lewati , alhamdulillah masalah ekonomi sudah tak pernah hadir dalam hari-hari saya karena mungkin sudah gak ada biaya buat kos dan dekatnya tempat kerja.

Dan alhamdulillah juga sebagian bisa saya sisihkan buat nanti kalau pulang kampung kerumah bapak dan ibu saya dijawa, satu persatu impian membenahi rumah orang tua bisa saya capai atau saya wujudkan demi membahagiakan orang tua.

Dari mulai memasang keramik rumah belakang, dapur , kamar mandi, dan merapikan tembok seputaran rumah, Dan yang selalu saya ingat senyum nenek ketika saya pulang bawa uang banyak. Nenek semoga engkau selalu bahagia disurga sana.

Entahlah setiap punya uang atau dana yang terlintas hanya ingin buat merapikan rumah orang tua dan kadang terbesit untuk kuliah tapi takut dengan biaya tinggi. Dan akhirnya mengalir seperti air dalam benak saya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun