Untuk menjawab permasalahan itu, Veronika Gultom berpesan: kuncinya open mind.
Veronika Gultom mengumpamakan seperti hadirnya Gojek pertama kali di Indonesia.
Awalnya banyak orang yang menentang, tapi ada juga yang membuka diri dan mau mempelajarinya.
"Jika mereka terus menentang tanpa mau belajar dan membuka diri, pada akhirnya akan tersingkir juga," ungkapnya.
Tidak hanya itu, bahkan dulu Veronika Gultom sempat mengajarkan dan melatih orang-orang di sebuah perusahaan yang masih menggunakan mesin tik.
"Awalnya mereka menantang, tapi setelah mengerti justru mereka minta menunya ditambah ini-itu."
Dengan keingintahuan yang lebih besar, lanjutnya, maka akan timbul pertanyaan kenapa bisa begini dan kenapa bisa begitu.
Nah, bagaimana kita bisa bertahan dengan kedatangan kecerdasan buatan yang perlahan hadir di tengah kehidupan kita? Apakah benar akan menggantikan --atau, bahkan mengancam-- pekerjaan yang kita geluti?
Disadari atau tidak, sebenarnya penggunaan teknologi AI ini sudah digunakan.
Kompasianer Veronika Gultom mencontohkan, bahwa kini sudah ada jasa pembuatan CV yang dikerjakan teknologi, misalnya.
Belum lama ini juga Veronika Gultom sudah menuliskan kira-kira profesi apa saja yang kira-kira tidak tergerus oleh teknologi?
Lewat kontennya tersebut, Veronika Gultom menjelaskan bahwa dengan teknologi pekerjaan dukun bisa saja hilang!