Hubungan China dengan negara lain kembali menjadi sorotan setelah adanya konflik dengan negara tetangganya, India beberapa waktu lalu.
Jika kita melihat sejumlah pertikaian antar-negara, China adalah satu-satunya negara di Asia yang terlibat dalam jumlah perang dan konflik tertinggi.
Pembahasan ini ditulis oleh Kompasianer Veeramalla Anjaiah yang menjadi populer kemarin:
"Apakah Republik Rakyat China (RRC) adalah negara yang cinta damai? Sangat sulit untuk memberikan jawaban "ya" untuk pertanyaan ini jika kita melihat sejarah negara yang berusia 71 tahun tersebut."
Selain itu terdapat juga artikel menarik yang membahas tentang dunia politik, seperti 'pengakuan' Kompasianer Fauji Yamin yang pernah menjadi Simpatisan Politik Garis Keras.
"Saya pernah menjadi simpatisan politik fanatik. Waktu itu, terjadi antara tahun 2008 dan berlanjut hingga ke tahun 2014 (kalau tidak salah) sebelum akhirnya menyadari bahwa saya terjebak pada permainan penguasa."
Bagaimana ceritanya? Simak selengkapnya dalam 5 artikel terpopuler di Kompasiana kemarin (04/08)
Perilaku Ekspansionis China: Ancaman Utama bagi India dan Dunia
Kasus Dosen Swinger dan Impian "Layanan Satu Atap" Pelaporan Pelecehan Seksual di Indonesia
Sangat aneh bahwa negara kita yang tidak miskin-miskin amat masih saja tak mampu membangun "layanan satu atap" yang aman bagi perempuan dan anak korban kejahatan seksual. (Baca Selengkapnya)
Saya Pernah Menjadi Simpatisan Politik Garis Keras
Simpatisan fanatik memiliki 3 peran utama, yakni garda terdepan setiap kampanye dan tawuran dengan massa kandidat lain.
Kedua, tampil terdepan dalam perang gagasan (lebih tepatnya bacot-bacotan), dan ketiga memengaruhi massa mengambang alias masyarakat yang punya hak pilih dan masa bodoh dengan politik untuk memilih kandidat yang kami usung.
Tugas-tugas itu kami emban tanpa bayaran. (Baca Selengkapnya)
Usai Vakum Lama, Siapkah Kita Tampil di Piala Thomas dan Uber 2020?
Dalam sejarah bulutangkis, rasanya baru kali ini terjadi, sebelum tampil di Piala Thomas dan Piala Uber, pemain-pemain malah sama sekali tidak merasakan tampil di turnamen resmi level dunia. (Baca Selengkapnya)
Nadiem Makarim dan Kaum "Cultural Laggard"
Gejala cultural lag langsung menganga. Tuntutannya pembelajaran 4.0, tapi kultur sekolah, guru dan murid masih di 2.0. Pada kultur 2.0 ini, fungsi terbaik gadged bagi murid adalah fasilitasi plagiasi makalah instan. (Baca Selengkapnya)