Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

[Populer dalam Sepekan] Dilema ASN ketika Ibu Kota Pindah | Jam Kerja Pramugari

1 September 2019   17:05 Diperbarui: 1 September 2019   20:36 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Kalimantan Timur, Ibu Kota Baru (sumber: shutterstock)

Presiden Joko Widodo pada Senin (26/08/2019) telah mengumumkan ibu kota negara akan pindah dari Jakarta ke Kalimantan Timur.

"Lokasi ibu kota baru yang paling ideal adalah di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara (PPUKK), Provinsi Kalimantan Timur," kata Joko Widodo.

Terkait pemindahan Ibu Kota, sebenarnya Joko Widodo memberi beberalasan. Satu di antaranya adalah beban Jakarta yang sudah terlalu berat sebagai pusat pemerintahan, pusat bisnis, pusat keuangan, pusat perdagangan, dan pusat jasa.

Meski bukan lagi hal yang baru, tetapi kali ini benar-benar jadi menarik perhatian Kompasianer dan menjadi diskusi yang menarik terkait pro dan kontra pemindahan Ibu Kota baru.

Selain topik mengenai pemindahan Ibu Kota, pada pekan ini juga tak kalah ramainya dengan artikel yang membahas tentang jam kerja pramugari hingga keresahan atas kebiasaan orang-orang ketika memulai pembicaraan lewat aplikasi.

Berikut 5 artikel terpopuler di Kompasiana dalam sepekan:

1. Butuh Waktu 74 Tahun untuk Tentukan Sendiri Ibu Kota RI

Membaca unggahan Presiden Joko Widodo di Instagram mengenai pemindahan Ibu Kota, membuat Kompasianer Shendy Adam membayangkan ini: Jakarta menjadi ibu kota Indonesia adalah sebuah kebetulan dalam sejarah.

Tidak ada yang keliru atas itu memang. Bahkan, lanjutnya, wacana pemindahan ibu kota sudah bergaung bahkan sejak masa awal revolusi kemerdekaan.

"Presiden Soekarno sendiri pernah membentuk Panitya Agung untuk menentukan calon ibu kota," tulis Kompasianer Shendy Adam.

Sebagian wilayah di Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur akan menjadi ibu kota pengganti Jakarta. (Baca selengkapnya)

2. Memahami Kegalauan ASN Pindah ke Ibu Kota Baru

Ternyata pemindahanan Ibu Kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur menimbulkan permasalahan baru: nasib para Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mau-tidak-mau ikut pindah.

Kompasianer Rustan Ibnu Abbas menuturkan, ia sudah 5 kali merasakan pindah rumah kontrakan, rasanya pasti tidak enak, capek dan was-was.

Hal itulah yang kemudian ia bayangkan terjadi pada ASN tersebut.

"Sebuah kota kecil yang jauh dari keramaian, pusat ekonomi, pusat bisnis, mall, jauh dari pusat belanja," tulis Kompasianer Rustan Ibnu Abbas.

Belum lagi, lanjutnya, kekhawatiran masalah fasilitas pendidikan, kesehatan, belanja, biaya hidup yang pasti sangat berbeda dengan kota Jakarta. (Baca selengkapnya)

3. Problematika Menghijrahkan Ibu Kota

Yang dimaksudkan hijrah oleh Kompasianer Syahirul Alim yakni "melepaskan diri" dari segala yang mengikat sebelumnya.

"Baik aturan perundang-undangan, nilai-nilai budaya masyarakat, keterikatan dengan kultur, sehingga memang memerlukan waktu yang cukup lama untuk dibicarakan, didiskusikan, dan disepakati bersama," tulisnya.

Atak kepindahan Ibu Kota ini, lanjutnya, bukan saja sekadar secara fisik; kantor, rumah, keluarga, namun juga berdimensi non-fisik: alam pikiran baru dan segala hal yang terkait dengan nuansa ideologis yang juga perlu dibarukan.

Tetapi, ada yang juga patut disimak, yaitu modernisasi juga dapat dilakukan tanpa mengorbankan nilai-nilai atau tradisi yang telah hidup dalam masyarakat. (Baca selengkapnya)

4. Pramugari Terbang ke Melbourne Pulang-Pergi, Minum Vitamin Saja!

Tersiar kabar: sebuah maskapai telah mengakui jika awak kabin, yakni pramugari dan pramugara, untuk rute penerbangan langsung dari Indonesia ke Melbourne dan Sydney tidak lagi mendapatkan fasilitas hotel.

Dalam hal ini, Kompasianer Agung Webe menjelaskan dengan runut kalau siapapun yang berada di perusahaan jasa yang sedang mengedepankan efisiensi besar-besaran, maka mesti juga memerhatikan kualitas di dalamnya.

"Apabila pramugari dipandang sebagai alat produksi, maka ia dapat dipekerjakan semaksimal mungkin, kalau perlu mentok sampai ujung maksimal jam kerja," tulis Kompasianer Agung Webe.

Sebab apa yang dialami seorang pramugari atau pramugara bisa menjadi masalah aspek psikologis dan metabolisme tubuh. (Baca selengkapnya)

5. Saya Gerah dengan "P" di Awal Pesan

Kode "Ping" muncul kembali, tapi dalam bentuk yang lebih ringkas dan ruang yang berbeda, yakni: "P".

Yang jauh lebih mengherankan, kode pesan tersebut sudah tidak lagi sekadar pada teman sebaya saja. Malah kerap diterima oleh orang-orang tua.

"Kalau yang mengirim adalah orang dikenal, masih saya ingatkan untuk tidak lagi membuka obrolan dengan "P". Namun jika pengirimnya orang tidak dikenal, dipastikan semua pesan tersebut saya abaikan, sepenting apapun itu," tulis Kompasianer Arako.

Hal tersebut, menurutnya, selain menjengkelkan juga kadang tidak sopan. (Baca selengkapnya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun