Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dari Momen Memaafkan hingga Celana Jin Kaesang

11 Juni 2019   19:37 Diperbarui: 16 Juni 2019   14:44 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Beberapa warga saling bersalaman usai mengikuti Sholat Ied Idul Fitri 1436 H/2015 di Lapangan Merdeka Balikpapan, Jumat (17/7). | (TRIBUNKALTIM.CO/FACHMI RACHMAN)

Ada yang jauh lebih penting dari meminta maaf, yaitu memaafkan. Makna tersebut didapat oleh Kompasianer Ira Latief saat menyimak khutbah Sholat Ied pada Rabu (5/6) di Mesjid Istiqlal yang disampaikan Prof. Dr. Said Agil Husin Al Munawar, Guru Besar Ilmu Fikih pada UIN Syarif Hidayatullah dan mantan Menteri Agama zaman pemerintahan Gus Dur.

Prof. Said memaparkan tentang mengapa kita perlu banyak menebar maaf dan punya sikap pemaaf.

Sikap pemaaf, lanjutnya, adalah bentuk dari ketakwaan seorang Muslim, seperti teladan yang ditunjukkan oleh Rasullulllah SAW semasa hidupnya.

Lebaran acapkali dijadikan momen yang, tidak hanya tepat, melainkan penting bagi kita semua setelah berjuang selama satu bulan penuh berpuasa dan menjadi pelajaran berharga ke depannya.

Selain banyak diisi oleh konten dan cerita Kompasianer pada Idul Fitri 1440 Hijriah, masih ada artikel terpopuler lainnya di Kompasiana seperti melihat diplomasi di Persikatan Bangsa-bangsa hingga balada celana jin yang dikenakan Kaesang Pangarep ketika melayat ke Singapura.

Berikut adalah 5 artikel di Kompasiana selama sepekan kemarin:

1. Yang Lebih Penting dari Meminta Maaf adalah Memaafkan

Dalam perjalanan hidup ini, tulis Kompasianer Ira Latief, mungkin kita pernah mengalami dikecewakan, dikhianati. Sehingga tidak sedikit orang yang terus memendam rasa kecewa tersebut menjadi sakit hati atau dendam berkepanjangan.

Meski hanya terdiri dari 4 huruf, kata "maaf", memiliki makna yang luar biasa dalam kehidupan.

"Empat huruf inilah yang bisa menghapus dendam, sakit hati, pertengkaran, kekecewaan dan semua hal yang berhubungan dengan hati," tulis Kompasianer Ira Latief.

Tetapi, Orang yang sulit memaafkan, lanjutnya, bisa dipastikan akan sulit menemukan kedamaian hati. (Baca selengkapnya)

2. Tradisi "Ngejot", Indahnya Toleransi di Bali

Ketika di Bali, hampir tidak pernah membahas perbedaan agama dan mempermasalahkan kepercayaan agama lain. Menurut Kompasianer Wistari Gusti Ayu, Semua saling membantu karena adanya konsep menyama braya.

"Konsep menyama braya ini berarti menganggap semua orang adalah saudara, bukan karena ada hubungan darah saja tetapi karena manusia itu sama ciptaann Tuhan, sama di mata Tuhan," tulis Kompasianer Wistari Gusti Ayu.

Sebagai Contoh dalam hari raya besar keagamaan seperi Idul Fitri, umat beragama Islam akan melakukan tradisi mengantarkan makanan atau ngejot kepada umat beragama lain yang menjadi tetangganya.

"Begitu pula sebaliknya saat umat Hindu, Kristen, Buddha merayakan hari besar keagamannya akan melakukan hal yang sama," lanjutnya. (Baca selengkapnya)

3. Antara Suka dan Duka, Mudik Selalu Memberi Pelajaran Berharga

Bagi Kompasianer Ikrom Zain, mudik itu jalan-jalan dan jalan-jalan adalah mudik.

Menurutnya jalan-jalan adalah kegiatan yang menyenangkan, maka mudik juga merupakan hal yang sama.

Setidaknya ada 6 hal yang membuat mudik dan jalan-jalan membuatnya begitu menyenangkan. Pertama, menemukan pelajaran baru mengenai kondisi sebuah tempat.

"Rute jalan dan lokasi wisata adalah beberapa diantaranya. Kala mudik, saya sering mendapatkan pelajaran berharga tentang bagaimana seseorang bisa sampai ke tempat tujuan," tulis Kompasianer Ikrom Zain. (Baca selengkapnya)

4. Diplomasi Tari Saman di Perserikatan Bangsa-Bangsa

Pada bulan Mei 2019 ini, Indonesia mendapat kehormatan menjadi Ketua Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB).

Hal ini, menurut Kompasianer Gentur Adiutama, merupakan bagian dari kiprah Indonesia sebagai salah satu anggota tidak tetap DK PBB untuk masa jabatan 2019-2020 setelah terpilih pada pertemuan Majelis Umum PBB tanggal 8 Juni 2018 lalu.

Selain agenda-agenda yang erat kaitannya dengan politik dan keamanan tersebut, presidensi Indonesia di DK PBB juga dimanfaatkan oleh pemerintah untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia.

Diplomasi budaya ini nampaknya tak kalah menyita perhatian publik.

"Diplomasi budaya Indonesia berlanjut dengan penampilan Tari Saman pada resepsi yang digelar di penghujung masa presidensi DK PBB oleh Indonesia yaitu tanggal 30 Mei 2019," lanjut Kompasianer Gentur Adiutama.  (Baca selengkapnya)

5. Balada Celana Jin Kaesang

Putra bungsu Pak Jokowi, Kaesang Pangarep, datang melayat di Masjid KBRI Singapura. Busananya, tulis Kompasianer Khrisna Pabichara, dianggap tidak patut oleh segelintir warganet.

"Tidak dapat dimungkiri bahwa sebagian di antara kita masih terjebak pada penampilan luar. Sesantun apa pun seseorang, selama dituding salah kostum, cibiran tetap menerpa," lanjutnya.

Demokrasi memang memastikan kebebasan berpendapat, termasuk di ruang terbuka yang kita namai media sosial. Namun, kebebasan seyogianya tidak diubah menjadi kebablasan.

Sindiran atas celana jin Kaesang, menurut Kompasianer Khrisna Pabichara, jelas bukan kritik cerdas dalam memanfaatkan kebebasan berpendapat. (Baca selengkapnya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun