Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Mudik Cerdik Artikel Utama

Antara Suka dan Duka, Mudik Selalu Memberi Pelajaran Berharga

2 Juni 2019   03:00 Diperbarui: 5 Juni 2019   19:27 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mudik adalah jalan-jalan dan jalan-jalan adalah mudik.

Dua kegiatan yang bagi banyak orang tidak saling berhubungan tersebut bagi saya malah beririsan. Ketika jalan-jalan, saya juga merasakan sensasi mudik. Sensasi bertemu orang yang sedang melakukan perjalanan pulang. Dan ketika saya mudik, saya juga bersua dengan mereka yang berkeinginan jalan-jalan. Lantas, apa bedanya?

Karena jalan-jalan adalah kegiatan yang menyenangkan, maka mudik juga merupakan hal yang sama. Hampir di setiap perjalanan mudik, saya selalu gembira. Penyebabnya, ada beberapa hal yang bisa dijadikan pelajaran berharga, baik suka maupun duka.

Pertama, saya menemukan pelajaran baru mengenai kondisi sebuah tempat. Rute jalan dan lokasi wisata adalah beberapa diantaranya. Kala mudik, saya sering mendapatkan pelajaran berharga tentang bagaimana seseorang bisa sampai ke tempat tujuan.

Apapun kondisinya, apapun jalannya, yang penting sampai. Sing penting yakin. Pembelajaran ini sama halnya yang terjadi pada saat saya belajar pelajaran termokimia dulu. Di sana disebutkan, bahwa untuk membuat senyawa baru bisa ditempuh dengan berbagai macam cara. Setiap cara tersebut memiliki energi dan jalan reaksi masing-masing.

Sama halnya dengan mudik, tujuan mudik adalah sampai ke kampung halaman. Walau jalan yang dilalui berbeda, walau harga yang dibayar tak sama, asal tidak melanggar aturan, itu masih sah-sah saja. Itulah mengapa saya sangat antusias kala saya mudik menggunakan mobil dan menemukan jalan pintas baru. Jalan yang akan menjadi history pada google map saya.

Menemukan jalan baru berarti menemukan tempat wisata baru. Ini sering terjadi kala kami sekeluarga terjebak kemacetan. Salah satunya pernah kami alami ketika mudik dari Malang menuju Kediri. Saat itu, kemacetan terjadi di daerah perbatasan antara Malang dan Kediri, tepatnya di Kecamatan Kasembon dan Kandangan.

Sang sopir tiba-tiba menuju rute baru yang bisa dikatakan jauh dari peradaban. Ternyata, rute itu melewati Waduk Siman yang merupakan waduk pembatas dua kabupaten tersebut. Mobil yang kami tumpangi sampai harus melewati sebuah dam yang di bawahnya mengalir sungai dengan cukup deras. Pemandangan indah bisa kami saksikan berupa rangkaian pegunungan yang memagari Malang. Sayang, saya tak sempat mengabadikan momen tersebut.

Mudik dengan mobil dan membawa aneka macam bahan makanan adalah keseruan tak terkira. - Dokpri.
Mudik dengan mobil dan membawa aneka macam bahan makanan adalah keseruan tak terkira. - Dokpri.
Waduk ini memang tidak sepopuler Waduk Selorejo yang begitu masyhur. Meski demikian, kami sangat bersyukur bisa menemukan tempat wisata yang tak umum itu. Kalau kami melewati jalan biasanya, apa iya tempat itu bisa kami temukan?

Kedua, mudik bisa melatih dan meningkatkan level kesabaran. Iya, serius ini penting. Mudik yang dilakukan ketika bulan puasa dengan cuaca panas, macet, dan berbagai kelakuan warga +62 adalah kegiatan yang cukup menguji kesabaran.

Di hari biasa, kadang saya mudah meledak ketika ada hal yang tidak semestinya dilakukan. Namun, kala mudik, saya harus bisa menahan diri semaksimal mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Mudik Cerdik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun