Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Artikel Kuliner Pilihan: Dari Balada Warung Pinggir Kota hingga Menemukan Terang Bulan Jadul

30 Desember 2018   12:49 Diperbarui: 6 April 2019   18:01 1187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bu Wiwin, penjual terang bulan jadul (Foto: Hendra Wardhana).

Dengan harga yang relatif murah, tapi rasanya yang tidak terlalu mengecewakan, barangkali, merupakan kemewahan bagi sebagian orang. Tempat makan yang dimaksud adalah warung sederhana, begitu banyak orang menyebutnya.

Namun terlepas dari harga makanannya yang murah, bahwa warung sederhana sejatinya adalah ruang interaksi sosial. Seperti di Solo, misalnya, warung-warung tersebut biasanya banyak bertebaran di sekitar pabrik atau kampus. 

Banyak pemilik warung sekitar pabrik membuka warung, tulis Robbi Gandamana,  tujuan utamanya adalah kemanusiaan. Para buruh pabrik dan mahasiswa sangat diuntungkan dengan keberadaan warung-warung sederhana itu. 

"Uang adalah hal terakhir yang mereka perhitungkan. Laba sedikit nggak papa sing penting ajeg," lanjut Robbi Gandamana dalam tulisannya.

Selain itu, masih ada juga cerita menarik tentang Terang Bulan yang jadul hingga bumbu-bumbu khas Indonesia yang bisa menembus pasar mancanegara. Berikut 5 artikel kuliner pilihan kami selama sepekan ini: 

1. Balada Warung Murah Pinggiran Kota

Hidup di pinggiran kota Solo, ungkap Robbi Gandamana, memang asyik. Harga makanannya masih murah-murah. Makan nasi dengan lauk telor dadar di warung sederhana hanya 6 ribu saja.

"Harga memang murah tapi rasa nggak mengecewakan," katanya.

Tetapi jika ditelisik lebih jauh, justru warung-warung sederhana seperti itu yang mengajarkan banyak hal tentang kemanusiaan. 

Robbi Gandamana mencontohkan, kalau di warung sederhana makan sebanyak apapun sama sekali tidak diawasi. Rasa saling percaya sesama manusia terjalin dengan baik dan membudaya hingga hari ini. (baca selengkapnya)

2. Bu Wiwin dan Terang Bulan Jadul di Yogyakarta

Masih ingat ketika warganet meributkan mana nama yang benar antara Terang Bulan dengan Martabak? Secara bentuk dan rasa, keduanya memang tampak serupa. Namun, ketika melihat tampilan Terang Bulan "jadul", sepertinya kita akan sepakat kalau Terang Bulan dan Martabak itu dua hal yang berbeda.

Dengan menggunakan otak kayu terpasang di bagian belakang sepedanya, Bu Wiwin (50) menjajakan dagangannya di sepanjang Jalan Agro, sebelah utara Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 

"Terang bulan jadul Bu Wiwin sepintas lebih mirip roti pancake yang lebar. Lembaran "pancake" sudah dibuat terlebih dahulu dan tinggal diramu saat ada yang membeli," tulis Hendra Wardhana. (baca selengkapnya).

3. Melihat Pembakaran dan Pembuatan Batu Kapur Secara Tradisional

Tahu bagaimana proses pembakaran dan pembuatan batu kapur? Jika kamu sedang berkunjung ke pegunungan di sekitar Bromo, cobalah datangi Desa Grajagan. Di sana masih ada tempat pengolahan batu kapur secara tradisional dengan Jobongan.

Jobongan adalah sebuah tungku untuk membakar batu kapur yang diambil atau digali dari tebing-tebing perbukitan kapur. 

"Jobongan bentuknya seperti sumur namun menjulang ke atas setinggi sekitar 5-6 meter dengan garis tengah atas 4 meter dan garis tengah bawah 2,5 meter," tutur Mbah Ukik. (baca selengkapnya)

4. Pengalaman Menikmati Soto Banjar Ayam Bapukah/Bapulas Khas Haji Anang

Di Banjarmasin dan kota-kota satelit di sekitarnya, menurut Kartika Eka, diproyeksikan menjadi Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Banjar Bakula atau disebut juga Metropolitan Banjarmasin Raya.

Sekarang saja banyak rumah makan, warung atau kedai yang menawarkan sajian kuliner Soto Banjar Bapukah, soto khas Banjarmasin. Tetapi dari sekian banyak warung yang menyajikan itu, Kartika Eka merekomendasikan Soto Banjar Bapukah/Bapulas Haji Anang.

Simak penuturan Kartika Eka tentang warung soto Haji Anang tersebut:

Di antara kedai Soto Banjar Ayam Bapukah yang ada Soto Banjar Ayam Bapukah H. Anang yang buka mulai pukul 06.00 WITA sampai sekitar pukul 17.00 WITA ini yang menurut saya cocok untuk lidah pendatang dari Jawa Timur seperti saya atau dari daerah lain yang terbiasa dengan budaya kuliner dengan cita rasa masakan gurih asin. 

Tampilan kuah Soto Banjar Ayam Bapukah/Bapulas H. Anang yang cenderung bening dengan taste rempah yang tidak terlalu kuat/dominan. 

Sebab soto Banjar lain biasanya memiliki cita rasa gurih cenderung manis dengan kuah yang keruh karena racikan dari campuran ragam rempah-rempah, susu cair dan kuning telur bebek dalam kuah. (baca selengkapnya)

5. Oblok-oblok Boros, Masakan Nusantara yang Unik

Mungkin orang-orang di wilayah Jawa Tengah cukup mengenal sayur boros. Sayur boros adalah nama yang diberikan untuk daun temu kunci yang masih muda, masih kuncup atau menggulung (belum terbuka mewujud daun).

Temu kunci sendiri adalah salah satu tanaman rempah yang umbinya dapat dimanfaatkan sebagai bumbu dan obat herbal. Dwi Klarasi menjelaskan, ada banyak cara memanfaatkan sayur boros atau daun temu kunci, biasanya  sebagai campuran urap atau disayur oseng. Tetapi, bisa juga dibuat sayur oblok-oblok boros. Bagaimana cara membuatnya? (baca selengkapnya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun