Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Frasa "Namun, Tiba-tiba" dan Kekuatannya dalam Cerita Pendek

11 Juli 2018   11:35 Diperbarui: 17 September 2018   17:59 3711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meramu basa-basi menawarkan selubung pengusir dingin berbentuk oplosan cairan menengah. Mencoba memainkan peran di gelap malam.

Jembatan-jembatan yang digunakan Sri Romdhoni adalah sebuah gerak-gerik Pak Tua ini. Setiap gaya, akan membentuk alur waktu yang berbeda. Seperti ketika Pak Tua ini menceritakan ketika meninggalkan Andalas. Frasa yang digunakan yaitu "sepenggal narasi".

Lewat mulutnya keluar sepenggal narasi tentang maksud kedatangannya di kota ini. Andalas ia tinggalkan melompati selat sunda. Ribuan jangkar sempurna dijejaki. Hiruk pikuk pelabuhan, getar dingin diudara fajar, sengatan surya, infrastruktur jalan dengan limpahan lubang, razia aparatur di lekukan siang hingga hantaman keletihan memamungkasi keperkasaan raga.

Atau, ketika Pak Tua ini menceritakan alasannya mengapa bisa berkaki pincang.  Sri Romdhoni menggunakan frasa "Seperti sebuah kebanggaan" untuk kembali membawa cerita Pak Tua ini.

Emosi yang dibagun dalam cerita itu dari menyebalkan hingga semakin menyebalkan. Jembatan-jembatan kecil dalam frasa yang digunakan juga dibuat amat halus.

Masih dengan pongahnya, cikal bakal pincangmu hasil kecelakaan tunggal. Seperti sebuah kebanggaan, Mount Elisabeth-Singapura kau pamerkan mampu memulihkan otakmu yang gagal merespon angin segar dunia yang menyapa.

"Beruntung keluarga saya kaya. Kalau tidak mungkin saya mati", ujarnya sambil meneguk oplosan tengik.

***

Jika menempatkan cerita pendek dalam sebuah media massa, misalnya, selain keterbatasa ruang tentu saja, pengarang cenderung, mengutip pengantar Budiarto Danujaya dalam Cerpen Pilihan KOMPAS 1994, mengulang-ulang rekaman peristiwa yang acapkali terlalu tergesa-gesa.

Frasa-frasa seperti yang dijelaskan di atas, barangkali, adalah cara paling sederhana dalam mengakali itu. Jembatan-jembatan kecil yang, disadari-atau-tidak, memiliki fungsi penting.

Atau, dalam sepakbola, biasa disebut dengan istilah "gelandang pengangkut air". Ia yang berfungsi membangun transisi dari bertahan ke menyerang; menahan serangan balik dari lawan untuk bertahan. Dan, frasa "Namun. tiba-tiba..." barangkali. (HAY)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun