Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Reformasi Suam-suam Kuku

25 Mei 2018   07:30 Diperbarui: 28 Mei 2018   02:42 1950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SUMBER FOTO: KOMPAS.COM/EDDY HASBY

1998 adalah ukiran sejarah kelam dalam catatan panjang bangsa Indonesia. Kala itu ribuan mahasiswa melakukan demonstrasi, menuntut turunnya Presiden Soeharto dari jabatan dan menegakkan reformasi. Soeharto pun mundur dari jabatannya.

Mundurnya Soeharto, muncul reformasi. Reformasi dianggap bisa membawa bangsa ini menjadi lebih demokratis. Masyarakat pun seolah dijanjikan memiliki harapan kehidupan berbangsa dan bernegara lebih baik, aman, adil, dan tentu saja, lebih sejahtera.

Hanya sejak reformasi itu dimulai hingga genap 20 tahun kini belum ada tanda-tanda membaiknya negara ini bagi masyarakat. Reformasi bak 'kabar burung'.

Menulusuri keadaannya, reformasi berarti menata ulang kembali. Dalam hal ini tentu pemerintahan dan kenegaraan dengan segala ketidaksesuaiannya untuk kemudian menyajikan tatanan sistem pemerintahan dan politik yang manjadikan bangsa Indonesia mandiri dalam, bertanggung jawab, dan rasional dalam menyikapi fenomena atau problematika bangsa Indonesia.

Menurut Kompasianer Saekan Muchith, hal itu belum terjadi hingga saat ini. Selama 20 tahun berada dalam sistem pemerintahan reformasi belum banyak yang dapat di rasakan bangsa Indonesia khususnya dalam hal kesejahteraan, kenyamanan dan keadilan.

Belum lagi soal kenyamanan yang belum bisa di rasakan secara optimal. Juga keadilan hukum yang semakin jauh dari harapan. Dan soal praktik korupsi semakin menjadi-jadi.

"Setidaknya ada tiga macam agenda reformasi itu yang penting untuk di wujudkan," begitu tulisnya.

Pendapat serupa juga dikemukakan Edy Rolan yang menilai, apa yang hari ini dirasakan tidak sepenuhnya buah dari reformasi. Ia juga punya cerita di detik-detik peristiwa mencekam itu.

Edy menceritakan, Peristiwa tragedi kekacauan Mei 1998 begitu membekas dalam benaknya, bagaimana ia menyaksikan maraknya penjarahan di mana-mana.

Di waktu itu pula ia menyaksikan barang elektronik toko seperti kulkas, televisi, kipas angin dilangsir masuk ke dalam gerobak-gerobak kayu, bajaj, mobil pick-up hingga ludes.

Sekelebat, diceritakannya, ia melihat beberapa orang membawa senjata tajam dalam gerobak yang disematkan di pinggangnya. Tak jarang ada juga sesama penjarah bertengkar karena perebutan jarahan mulai dari adu mulut hingga anggar senjata dan kawanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun