Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Fragmen-fragmen Tragedi Mei 1998 dalam Cerita (1)

21 Mei 2018   10:32 Diperbarui: 13 Mei 2020   10:45 6532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR. (Foto: Arbain Rambey)

Bogor, 11 Mei 1998

Dari dalam penjara Emon dan kedua temannya mendapat intimidasi luar biasa. Diinterogasi, dipukul, diminta mengaku. Selalu seperti itu. Mereka bahkan merasakan sakit itu dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Barulah dari sela-sela waktu penyiksaan itu Emon menuliskan surat untuk Beddy Iriawan, Dekan Fisip, Universitas Djuanda. Ia ceritakan seluruh kronologis dari awal mereka demo, bentrok dengan polisi, ditangkap, dan menerima penyiksaan selama ditahan!

Tidak terang-terangan, tentu saja, melainkan menitipkannya kepada Mariana Sutiana ketika menjenguk ke penjara. Inti surat itu adalah mahasiswa sedang disudutkan oleh pihak kepolisian.

Namun, pada saat yang bersamaan kabar tewasnya Letda Dadang kian menyebar. Pihak kampus akhirnya membuat semacam Tim Pencari Fakta dan Tim Opini guna memperjelas kejadian yang sebenarnya.

Ir. Apendi Arsyad, Wakil Dekan Fakultas Peternakan, mengetuai Tim Opini, sedangkan Tim Pencari Fakta diketuai Wakil Rektor III, Pak Amin.

Sesaat setelah SK Rektor turun, kedua tim bekerja. Banyak fakta yang didapat dari beberapa pengakuan mahasiswa yang menguatkan bahwa Emon dan dua orang lainnya tidak membunuh.

Hal itu kemudian diperkuat dengan pengakuan H. Ahmad Syarbani, Kepala Biro Pembinaan Mahasiswa dan Alumni Universitas Djuanda, kalau Letda Dadang memang memiliki penyakit jantung.

"Tapi memang direkayasa. Keluarga disuruh diam. Bahkan saya sendiri yang menyampaikan kepada Kapolri bahwa tidak ada sama sekali kejadian mahasiswa yang memukul polisi," katanya.

***

Bogor, Mei 1998

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun