" Ya, mereka sudah beberapa kali menemui kami," tetiba Nenek sudah berada di lingkup kami berdua.
Aku menghambur ke pelukan Nenek. Perempuan kedua yang sangat mencintai dan kucintai.
"Percayalah, semua akan baik-baik saja setelah pertunangan kalian nanti," nenek mengajakku duduk dan menyampaikan satu hal yang tak pernah ada dalam pikiranku.
"Aku belum siap,Nek," ibaku menahan tangis.
Kulirik ibuku.
"Ibuuuu, aku tak ingin seperti ibu. Aku lebih baik hidup terus di antara kalian. Tak ada laki-laki lain yang pada akhirnya melukai hidupku. Aku trauma..." tangisku pecah.
Nenek dan ibu membiarkanku menangis bersama dengan sore yang mulai bergerimis.
Laksmi, perempuan itu menjadi gamang. Â Jiwanya seperti melayang atas kata-kata yang baru saja dilontarkan Tantri, gadis kesayangan yang sudah memimpin keteguhan hatinya.Â
Diusapnya penuh cinta wajah Tantri yang masih berlinang air mata.Â
"Aku masih di sini, untukmu Tantri. Percayalah..karma  kita tak pernah sama," pandangan  Laksmi menerawang jauh, bias bersama gerimis sore di beranda mereka.Â
#di bawah langit Nopember
#stigma pandemi 2020