Sejak itu pula aku menenggelamkan diriku pada pekerjaan. Waktu berjalan begitu cepat, hingga tak kusadari kemarin pagi, teman-teman di kantor memberiku surprise dengan sepotong kue tart cantik sambil menyanyikan lagu ulang tahun untuk usia ke-35 tahunku.Â
"Ryanti sudah dipanggil Tuhan saat usia perkawinan kami menginjak tahun kesepuluh. Menjelang pulang ke rumah Bapa di Surga, dia selalu mengigau namamu, memohon Engkau memaafkannya," pertahananku runtuh. Aku memangis.Â
Hidup bukan semacam fiksi. Hidup adalah kisah nyata yang setia menulisi waktu.
"Pergilah, Pram. Kumaafkan atas nama Ryanti demi istirahat kekalnya di surga."
"Pergilah,Pram. Bawa serta duri itu. jangan pernah kau cabut di hadapanku. Aku tak ingin melihat lukaku berdarah lagi..."