Mari bayangkan jika anakmu berperilaku tidak baik di sekolah, tanpa sepengetahuanmu yang di rumah, kemudian kamu disurat oleh pihak sekolah bahwa anakmu akan dibawa ke barak untuk didisiplikan. Bagaimana, apakah Kompasianer setuju?
Jadi, beberapa waktu terakhir kita dihebohkan dengan sebuah program yang diluncurkan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi: kirim siswa nakal ke barak militer.
Sejak Jumat (2/5) sudah ada 29 siswa, kemudian hingga Senin (5/5) bertambah 210 siswa lagi dari berbagai kabupaten kota ke barak militer.
Untuk saat ini memang baru siswa yang berasal dari Purwakarta, Depok, Bogor, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Sukabumi.
Sebelum ada program ini juga sebenarnya kita juga mahfum dengan anak-anak nakal yang akhirnya dipindahkan oleh orangtuanya ke sekolah-sekolah berasrama, kan?
Harapannya, tentu saja, ketika anak dititipkan di sana maka perilakunya jadi lebih baik.
Ini seperti dilema, bagaimana posisi orangtua mendidik anaknya? Apakah segala tindak-tanduk anak di sekolah adalah pure tanggungjawab sekolah?
Jika memang ke barak militer maupun sekolah berasrama dianggap kurang tepat, maka bagaimana solusinya menurut Kompasianer? Atau, justru kedua tempat itu sudah cukup baik membentuk karakter siswa?
Silakan tambah label Nakal Masuk Barak (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI