Hai Kompasianer muda, kamu termasuk yang pernah atau sering pakai paylater? Pernah merasa tagihan menumpuk tanpa sadar?
Paylater memang menawarkan kemudahan dan kenyamanan. Banyak anak muda tergiur, tanpa sadar risiko utang di masa depan.
Beberapa pengguna bahkan mengaku kaget saat ditagih layaknya nasabah pinjol, padahal mereka pikir cuma menunda pembayaran bukan berutang.
Paylater bukan hanya sekadar "bayar nanti". Lebih dari itu, bisa berdampak pada skor kredit yang berujung pada catatan buruk BI Checking.
Bagi anak muda yang baru mulai menjalani hidup mandiri secara finansial, data skor kredit yang buruk juga bisa menggangu finansial bahkan menggagalkan impian mereka --termasuk saat mau ambil KPR, kredit kendaraan, atau pinjaman di bank.
Jadi, untuk mencegah semua risiko itu, apa sih yang mesti diperhatikan dan dipelajari sebelum menggunakan paylater?
Kompasianer punya pengalaman, pengetahuan atau mungkin nasihat yang bisa dibagi kepada mereka yang muda? Atau justru kamu punya cara cerdas memanfaatkan paylater ini tanpa menggangu keuangan?
Bagi Kompasianer muda pengguna paylater, seberapa paham kamu tentang risikonya? Atau malah baru sadar belakangan kalo cicilan yang kecil itu ternyata bikin kamu terjebak utang diam-diam?
Silakan tambah label Utang Paylater (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat, ya!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI