Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Perlukah Mengkaji Ulang Asas Peradilan Pidana Anak?

27 Januari 2023   20:37 Diperbarui: 27 Januari 2023   22:15 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Peradilan Pidana Anak. (Diolah kompasiana dari KOMPAS/HERYUNANTO)

Bagaimana tanggapan Kompasianer mengenai tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak maupun remaja? Apakah masih bisa kita anggap sebagai "kenakalan" semata? Apa dan adakah batasannya menurut Kompasianer?

Beberapa waktu lalu, misalnya, ada dua remaja (17 dan 14 tahun) nekad ingin menjual organ tubuh bocah berusia 11 tahun dengan membunuhnya.

Setelah itu, ada seorang anak perempuan yang duduk di bangku TK dicabuli tiga anak SD. Akibat kejadian ini, korban mengalami trauma hingga enggan sekolah dan keluar rumah untuk bermain.

Akan masih banyak lagi kejadian-kejadian serupa dengan kasus yang berbeda. Sayangnya, banyak di antara kita tidak tahu mesti berbuat apa.

Nah, dengan makin maraknya kejadian yang dilakukan oleh anak-anak maupun remaja, apakah kita perlu mengkaji kembali sistem peradilan anak? Atau memikirkan kembali batasan usia anak dan dewasa?

Menurut undang-undang ini, sistem peradilan pidana anak adalah keseluruhan proses penyelesaian perkara anak yang berhadapan dengan hukum.

Berdasarkan UU RI No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang masih dalam kandungan hingga belum genap berusia 18 tahun.

Akan tetapi, menurut Kompasianer mengapa anak kecil bisa melakukan tindakan pidana? Apakah itu karena ketikdatahuan anak melakukannya atau belum mengerti apa yang sebenernya dilakukan?

Sebagai orangtua, apa upaya pencegahan yang bisa dilakukan? Silakan tambah label Peradilan Pidana Anak (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun