Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

11 Cerpen Desember 2015 Pilihan Kompasiana

10 Januari 2016   20:31 Diperbarui: 11 Januari 2016   18:13 2464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membaca beberapa cerita pendek dari Livia Halim, kita seakan bertemu hal-hal yang berbeda dari kebanyakan cerita pendek yang sering kita temui. Surealime, begitu banyak orang menyebutnya. Suatu karya yang banyak kejutan, sesuatu yang tak terduga.

Livia pun menekankannya pada pembuka cerita, bahwa cerita pendek miliknya adalah surealisme. “Air matanya untuk apa? Agar tehnya manis? Atau agar tehnya menjelma menjadi ramuan yang bisa memanggil Vena kembali?” tanya saya ragu-ragu.

3. Sepiring Mendoan di Atas Ranjang

"Ketika kita menerjemahkan sebuah karya sastra, di dalam terjemahannya mesti jadi karya sastra juga." - Sapardi Djoko Damono.

Penah baca cerpen "Sambal di Ranjang" karya Tenni Purwanti? Harian KOMPAS sempat memuat cerpen tersebut pada 29 November 2015. Menariknya, sepintas kita akan melihat hal serupa pada cerpen Sarwo Prasojo. Sepintas. Paling tindak di pembukanya: Suamiku kuanggap aneh saat seminggu setelah pernikahan, dulu itu. Masuk kamar langsung membisikkan kalimat, ”Siapkan mendoan untuk kita malam ini.”

Namun, terlepas dari kemiripan itu, Sarwo Prasojo nampaknya berhasil menerjemahkan hal yang lebih luas dan lebih kompleks dari cerpen yang dimiliki Tenni Purwanti. Bahwa mendoan, ialah makanan sejuta umat; siapa pun dapat dan berhak atas itu!

4. Istana Langit Timur

"Gagasan atau di mana mengawali gagasan ialah dengan citra visual. Gambar. Bagaimana peristiwa-peristiwa sehari-sehari di depan mata, menjadi pemicu lahirnya cerpen-cerpen atau novel-novel." - Gabriel Garcia Marquez

Satu hal yang menarik dari karya-karya Ando Ajo adalah cara menarasikan sesuatu dengan rinci. Sangat jelas. Misal, ketika menggambarkan suatu keributan di sebuah ruangan: "Seorang pelanggan tengah “mengamuk”, memaki setiap orang yang mencoba menenangkannya. Frans tahu pasti siapa pria itu, seorang pejabat negeri yang selalu bangga mengenakan jas yang “meneriakkan” apa pekerjaannya di wajah semua orang, dan melenggang dari satu bar ke bar lainnya."

Begitulah seterusnya Ando Ajo membuat cerita-cerita yang seakan kita melihat langsung setiap kejadian-kejadiannya terjadi di hadapan kita.

5. Kaki Tangan

"Karena setiap orang menyukai cerita. Tidak ada orang yang menolak cerita, bukan teori atau ideologi bisa membuat orang waspada. Cerita sama sekali tidak mengancam pikiran. Untuk itu, kita hanya membutuhkan teknik bercerita yang baik." - A. S. Laksana.

Setiap cerita barangkali dimulai dari sebuah pertanyaan atau permintaan. Seperti cerita milik S. Aji ini: Kaki Tangan. Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan dan bila disatukan dalam satu bingkai, maka jadilah satu cerita (menarik).

“Apa yang kau cemaskan?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun