Sangat kerasan sekali Ikhwanul Halim menceritakan ulang (ditambah dengan sedikit pengamatan) peristiwa Tsunami. "Lelaki itu mulai panik. Hotel itu hanya berjarak dua persil dari rumahnya yang menumpang di tanah milik Yayasan keluarga. Di tanah itu, selain rumahnya juga bangunan sekolah yang dikelola Yayasan. Namun bukan itu yang membuatnya panik. Kedua orangtuanya, sebagai pengelola Yayasan dan sekolah, mempunyai kebiasaan tetap saja datang ke tempat itu meskipun hari Minggu atau hari libur."
***
Begitulah, sekiranya sebelas cerita pendek dan sekutip memoar. Barangkali dapat menjawab apa yang menjadi keresahan Goenawan Mohamad utarakan di awal: kehadiran dunia sastra di blog. Semua bisa dengan bebas membaca maupun menulis tanpa takut terbatas ruang di Internet. Atau, mengingat apa yang diucapkan Ernest Hemingway, kamu seharusnya berhenti menulis ketika kamu tahu apa yang akan ditulis keesokan harinya. [HAY]