Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siklus Natal dan Kelahiran Kita

24 Desember 2017   20:15 Diperbarui: 24 Desember 2017   21:11 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siklus Natal dan Kelahiran Kita

Sementara, dalam bentuk kehidupan yang lain, biji-biji buah-buahan jatuh di berbagai tempat dibawa burung-burung. Tunas muda tumbuh menembus tanah untuk kemudian berkembang menjadi pohon dan menghasilkan buah.

Hewan-hewan di udara lantas menyantap buahnya dan membuang biji-bji buah itu ke atas tanah untuk kemudian tumbuh menjadi tunas baru.

Kelahiran kita

Pertanyaannya kemudian: jika kita hidup di dalam sebuah sistem siklus, apakah Natal kita atau keberadaan kita saat ini di sini adalah sebuah bentuk kehidupan yang linear: lahir, mati, lalu selesai?

Jika ya, berarti keberadaan kita berjalan di luar sistem kehidupan yang menaungi dan menjadi bagian tak terpisahkan dari keberadaan kita di semesta.

-Atau, tidakkah kelahiran kita juga adalah sebuah siklus kehidupan? Artinya, kita kembali berkali-kali ke Bumi ini melewati banyak kehidupan.


Jika Anda berani bertanya, bisa jadi Anda akan menemukan jawaban-jawaban yang mungkin akan muncul secara tak terduga.

Guru akan datang ketika muridnya siap, kata orang bijak.

Lepas dari pertanyaan itu, siklus Natal yang datang setiap tahun bisa dimaknai sebagai momen untuk memperbarui kualitas kemanusiaan kita. 

Natal menjadi proses tanpa akhir untuk membentuk diri menjadi pribadi seperti Yesus yang mencintai manusia tanpa batas-batas tembok. 

Yesus diimani kekristenan sebagai Tuhan yang mencintai manusia semata-mata karena manusia berharga dalam kemanusiaannya secara utuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun