Mohon tunggu...
Abdul Salam Atjo
Abdul Salam Atjo Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuluh Perikanan

Karyaku untuk Pelaku Utama Perikanan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Inovasi Phronima 40 Hari Panen Sitto

11 Maret 2019   18:04 Diperbarui: 11 Maret 2019   18:50 1762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Udang Windu (sitto) diproduksi dari tambak tradisional di Pinrang

Indikator yang dipergunakan dalam mengukur tingkat keberhasilan dari disiminasi teknologi ini antara lain meliputi: (1) periode budidaya, (2) sintasan, (3) produksi tambak, (4) analisis kelayakan ekonomi berdasarkan  pendapatan dan R/C rasio. 

Periode Budidaya

Periode kegiatan budidaya udang windu tambak demplot aplikasi Phronima Suppa  lebih singkat dibandingkan dengan kegiatan budidaya sebelumnya tanpa aplikasi Phronima Suppa. Dari tambak demplot mampu memproduksi udang windu 325  kg/ha/siklus dengan ukuran size rata-rata 50 ekor /kg  dengan periode masa budidaya sekitar 40 hari. Sistem budidaya yang diterapkan sebelumnya adalah polikultur udang windu dengan ikan bandeng. Karena belum menumbuhkan phronima sebagai makanan alami udang windu sehingga hanya mampu memproduksi udang windu sekitar 52 kg/ha dengan ukuran size rata-rata 30 ekor/kg dan produksi ikan bandeng 300 kg/ha. Sedangkan lama proses budidaya lebih lama dibanding kegiatan demplot yakni  selama 112 hari. Sebelum menggunakan phronima pembudidaya tambak memerlukan periode produksi rata-rata lebih lama dibandingkan setelah aplikasi phronima suppa. Dengan periode budidaya singkat tersebut memungkinkan pembudidaya melakukan aktivitas budidaya udang windu 3-4 kali siklus per tahun. Padahal sebelumnya kegiatan budidaya udang windu bersama bandeng hanya dapat dilakukan dua siklus produksi per tahun.

Sintasan

Pelaksaan kegiatan percontohan budidaya udang windu aplikasi makanan alami phronima sp bersamaan dengan datangnya musim hujan Oktober 2018. Kondisi cuaca yang tidak normal ditandai curah hujan tinggi diduga menjadi penyebab rendahnya tingkat kelangsungan hidup (sintasan) dari jumlah benur yang ditebar. Kondisi cuaca yang selalu berubah setiap saat berimplikasi pada pluktuatifnya parameter kualitas air tambak. Tambak demplot yang ditebar benur gelondongan 30.000 ekor/ha menghasilkan sintasan sekitar 54.16% lebih tinggi dibanding dengan siklus sebelumnya tanpa aplikasi phronima yang hanya mencapai sintasan 15.6% dari jumlah tebar 10.000 ekor benur gelondongan. Hal ini memperkuat pembuktian bahwa phronima suppa potensial menyediakan nutrien sesuai dengan kebutuhan udang windu, membentuk imunostimulan, dan memperbaiki kualitas lingkungan budidaya (Fattah et al., 2014).

Produksi

Tambak demplot pengembngan phronima suppa dalam budidaya udang di Pokdakan Cempae kecamatan Lanrisang, Pinrang berhasil memproduksi komoditas udang windu  sebanyak 325 kg/ha/siklus dengan ukuran size rata-rata 50 ekor/kg. Sebelumnya lokasi yang sama hanya dapat memproduksi udang windu sebanyak 52 kg ukuran size rata-rata 30 ekor/kg.

Tingginya produksi tambak yang menggunakan pakan alami phronima dibanding pada siklus sebelumnya tanpa phronima diidikasikan bahwa phronima suppa dalam menyediakan nutrien, membentuk imunostimulan, dan memperbaiki lingkungan budidaya sesuai dengan kebutuhan udang windu sangat berperan dalam peningkatan produksi.

Pengembangan budidaya sistem konvensional dan upaya penyediaan phronima suppa secara berkesinambungan dapat meningkatkan produksi phronima suppa lebih tinggi dibandingkan dengan siklus sebelumnya yang hanya memproduksi udang windu sebanyak 52 kg/ha.

Secara alami puncak populasi phronima pada tambak endemik terjadi pada sekitar 15 hari inokulasi. Populasi phronima suppa mengalami penurunan setelah 15 hari inokulasi (Fattah et al., 2010). Pemberian pakan alami kombinasi jenis Chlorella sp dan Chaetoceros sp dapat mempertahankan stabilitas ketersediaan populasi phronima suppa hingga hari 28 hari (Fattah et al., 2014).

Budidaya udang windu dengan sistem tradisional atau aplikasi saponin berhasil mempetahankan ketersediaan pakan alami secara berkesinambungan sehingga stabilitas populasi phronima dapat dipertahankan di dalam wadah budidaya selama periode budidaya selama 40 hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun