Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Murphy's Law, Kutukan Atas Kesalahan Umat Manusia

18 Desember 2022   18:00 Diperbarui: 18 Desember 2022   18:07 10902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Murphy's Law, Kutukan atas Kesalahan Umat Manusia (background wikipedia.org, diolah pribadi)

Di lain kesempatan, langit cerah tak berbekas. Payung bukanlah sesuatu yang penting. Akan tetapi, baru setengah perjalanan, hujan turun tanpa permisi. Perjalanan terhalang, Anda terjerembab dalam penyesalan.

Kedua contoh di atas memberikan gambaran bagaimana Murphys' Law bisa mempermainkan kehidupan kita. Jika sedari awal kita sudah menyadari adanya potensi kesalahan, maka kesalahan itu akan muncul.

(2)

Saya teringat pernyataan seorang sahabat. Kebetulan, ia adalah jenis perfeksionis akut. Sangat menjaga nama baiknya. Selalu ingin tampil sempurna, tanpa kesalahan.

Hingga suatu hari ia protes, "bagaimana pun baiknya diriku bersikap, selalu saja ada yang salah menurut orang."

Saya membalasnya, "kamu akan selalu tampil salah."

"Mengapa?"

"Alasannya sederhana, kesalahanmu lebih mudah terlihat daripada kebaikanmu."

Awalnya ia tidak terima. Lalu kemudian tersadar dengan pernyataan pamungkasku berikut ini, "Untuk menjadi sempurna, kamu pun membandingkan kebaikanmu dengan keburukan orang lain. Bukankah demikian?"

"Begitu pula orang lain dalam menilaimu."

Lihatlah. Bahkan jika Anda berpikir tentang kesalahan apa yang tidak seharusnya diperbuat, maka kesalahan itu akan muncul. Bahkan, semakin Anda takut pada kesalahan, semakin mungkin kesalahan yang sama akan muncul.

(3)

Ada sebuah kisah nyata yang saya kutip dari Wikipedia.  Pada 2009 silam, Perdana Menteri Inggris saat itu, Gordon Brown menulis sebuah surat belasungkawa kepada sebuah keluarga yang anaknya gugur di Afghanistan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun