Sejak dibangun pada satu dekade lalu, telah terjadi perdebatan antara mendatangkan devisa bagi negara dan kekhwatiran masalah sosial bagi warganya.
Kekhwatiran ini bukannya tanpa alasan. Sebelum ada Casino pun warga Singapura sudah identik dengan judi lotterei. Oleh sebab itu, pemerintah kemudian menetapkan tiket masuk sebesar 100 dollar Singapura bagi warganya yang hendak ke Casino.
Namun, peraturan ini tidak berpengaruh. Casino di Singapura kini sudah menjadi tempat perjudian terbesar ketiga setelah Las Vegas dan Macau.
Australia berada pada urutan teratas survei ini. Dan angkanya mencapai sekitar 11,59 juta rupiah per orang dewasa.
Judi bukan hanya Casino di sana. Sebuah perusahaan bahkan membuka ajang taruhan terhadap apa saja. Mulai dari mesin poker, loterei, pertandingan olahraga, hingga sebuah perusahaan yang mengelola "judi remeh-temeh," apakah suku bunga akan naik dalam sepekan ke depan.
Pemerintah lalu mengambil tindakan dengan membuat beberapa aturan. Judi online dilarang pada saat pertandingan olahraga sedang berlangsung. Tapi, pemerintah akhirnya luluh setelah ada lobi dari komite olahraga nasional di sana.
Aturan lainnya adalah melarang penjudi yang kecanduan untuk masuk ke Casino. Setelah aturan ini diberlakukan pada 2006, sebanyak 935 penjudi secara suka rela mendaftarkan diri. Namun pada tahun yang sama, mereka tertangkap sebanyak 1.249 kali.
**
Awalnya saya mengira daftar lima besar ini akan didominasi oleh negara yang terkenal dengan Casinonya. Seperti Amerika atau Macau. Nyatanya saya salah.
Jika ditilik, lima besar negara yang berada di dalam daftar memiliki sebuah persamaan. Sepertinya judi sudah merupakan problema budaya sejak dulu kala.
Terlebih lagi di zaman modern seperti sekarang, berjudi sudah lebih mudah lagi. Bisa dilakukan secara online.