Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Xi Jinping, Shang-Chi, dan Ramalan Soeharto 25 Tahun Lalu

27 September 2021   20:40 Diperbarui: 27 September 2021   21:27 2166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Xi Jinping, Shang-chi, dan Ramalan Soeharto 25 Tahun Lalu (Sumber: detik.com, liputan6.com, ekonomi.bisnis.com)

Sikap yang berbeda dianggap sebagai aksi pengkhianatan. Termasuk deretan artis yang mengubah kewarganegaraanya. Jet Li adalah aktor lawas yang barusan mendapat peringatan tentang statusnya. Hal ini berlangsung tidak lama setelah Vicki Zhao "menghilang."

Kabar tersebut mencuat setelah badan otoritas China mengeluarkan kebijakan terbaru mengenai eksposur artis warga negara asing di China. Sutradara Zhou Guogang bahkan memperingatkan Li untuk segera melarikan diri. Tentu saja berlebihan.

Tapi, memang pemerintah China tidak berlebihan dalam menilai kesetiaan sosok pesohor. Diketahui bahwa Jet Li telah mengubah menjadi warga negara Singapura sejak 2009.

Senada dengan Jet Li, para artis yang dianggap berkhianat juga akan segera "kena batunya."  Mereka antara lain adalah Nicholas Tse (Canada), Zhang Tielin (Inggris), Wang Leehom (Amerika), dan artis pemeran Mulan, Liu Yifei (Amerika).

Bagi China, mengubah kewarganegaraan tiada bedanya mencoreng wajah pemerintah. Seolah-olah negara lain lebih baik dari negeri leluhur. Kendati, bisa disebutkan bahwa pilihan ini adalah masalah personal.  

Sekejam itukah China?

Xi Jinping (dunia.tempo.co)
Xi Jinping (dunia.tempo.co)

Melihat dari dua sisi yang berbeda, pemerintah China juga ada benarnya. Dunia hiburan telah banyak berubah dengan kehadiran media sosial. Dampak yang dimunculkan bisa menimbulkan kengerian yang tidak bisa diperhitungkan.

Budaya Toksik menjadi alasan utama dari pemerintah China. Mereka mendefenisikan pamer kemewahan sebagai aksi yang tidak bermoral. Begitu pula dengan pemujaan hingga pengkultusan figur. Pun halnya dengan aksi yang tidak rasional, seperti konten menantang maut atau prank yang berlebihan.

Bagi pemerintah China, anak muda seharusnya mengisi hidupnya dengan hal-hal positif, ketimbang menjadi penyokong gerakan popularitas sesaat.

Rasa cinta kepada negara dan bangsa juga menjadi perhatian. Pengawasan ketat terhadap pendidikan, jam main gim online, hingga ujaran di medsos pun diatur undang-undang. 

Tentu langkah yang diambil tergolong ekstrim. Banyak yang menuduh aksi tersebut sebagai pembatasan hak azasi. Tapi, Cina tidak peduli. Mereka memiliki kekuatan.

Ramalan Soeharto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun