Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jejak Romo Diyat, Guru Spiritual Soeharto

26 September 2021   07:42 Diperbarui: 26 September 2021   08:23 3937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada sebuah kejadian menarik. Suatu saat Soeharto ingin mengadakan kunjungan kerja ke Australia dan Filipina. Soedjono lantas mengundang Romo Diyat ke rumahnya. Pesan yang didapatkan agar kunjungan Soeharto ke Australia perlu diawasi.

Dari hasil pemantauan BAKIN (BIN), kondisi di Filipina seharusnya lebih "berbahaya," terkait dengan pemerintahan Marcos yang baru digulingkan. Tapi, ternyata, kunjungan ke Filipina aman-aman saja.

Sementara di Australia, Soeharto diterima para demonstran. Sebiji telur busuk yang hinggap ke dahinya. Sontak kejadian ini membuat Soedjono marah besar. Ia langsung memaki Yoga Soegama, kepala BAKIN saat itu. "Makanya Yoga, jangan kau anggap remeh informasi intel spiritualku," ujarnya.

Membangkang Nasihat Romo Diyat

Tidak semua nasehat Romo Diyat juga diikuti Soeharto. Khususnya ketika gurunya ini menyarankannya untuk tidak lagi menjadi presiden.

Yang pertama adalah pada tahun 1982. Ketika itu, Soeharto hendak maju untuk ketiga kalinya. Kendati demikian, Seoharto tetap mendesak Romo Diyat untuk memintakan restu kepada Tuhan dan para leluhur.

Romo Diyat pun bekerja keras dengan melakukan tirakat dan perjalanan spiritual ke berbagai pelosok Nusantara selama kurang lebih setahun. Sebagai tanda, Romo Diyat kemudian meminta Soeharto menemuinya di Klaten, tempat mereka pertama kali bertemu. Soeharto pun menjadi presiden atas seizin Romo Diyat.

Kali kedua larangan ini terjadi pada tahun 1992. Saat itu, almarhum Romo Diyat berpesan kepada anaknya Toto Iryanto, melalui bisikan gaib.

Toto diperintahkan untuk menemui Soeharto langsung dengan membawa tiga benda simbolis; jantung pisang raja, jeruk bali, dan kelapa gading.

Sempat ragu, akhirnya Toto memberanikan diri. Ketika sampai di depan pintu istana, Toto hampir tidak lolos dari pemeriksaan Paspampres. Untungnya Soeharto sedang berada di luar dan melambaikan tangan kepada Toto yang masih diingatnya.

Pesan simbolis pun disampaikan. Jantung pisang raja sebagai simbol kekuasaan, kelapa gading untuk masa keemasan, dan jeruk bali menyampaikan agar kekuasaan tersebut dikembalikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun