Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jejak Romo Diyat, Guru Spiritual Soeharto

26 September 2021   07:42 Diperbarui: 26 September 2021   08:23 3937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada dua versi pertemuan awal Soeharto dengan Romo Diyat. Yang pertama mengatakan bahwa keduanya dulu sama-sama belajar kepada guru kebatinan Romo Marto Pangarso dan Romo Budi Kusumo, di daerah Notoprajan, Yogjakarta pada tahun 1950an.

Hubungan tersebut terus berjalan dengan baik hingga keduanya sama-sama pindah tugas ke Jakarta. Konon, kala itu Romo Diyat pernah ditunjuk oleh presiden Soekarno untuk membindani lahirnya Universitas Bung Karno.

Suatu waktu kemudian, Romo Marto dan Romo Budi memutuskan untuk mewariskan "perguruan" dan ilmunya kepada Romo Diyat. Sejak saat itu, Soeharto pun menganggap Romo Diyat sebagai gurunya.

Versi kedua mengatakan bahwa Romo Diyat dikenalkan kepada Soeharto oleh Mesran Hadi Prayitno, seorang perwira AD. Soeharto dan Mesran sama-sama memiliki ketertarikan dalam ilmu kebatinan Jawa.

Mesran lantas menyarankan Soeharto untuk bertemu dengan seorang guru spiritual yang tak lain adalah Romo Diyat. Lokasinya di Desa Gemblengan Kalipotes, Klaten.

Ketika mereka bertemu, Soeharto kaget karena Romo Diyat ternyata adalah sosok misterius yang pernah menampakkan dirinya pada saat Soeharto berziarah ke makam Raja-raja Majapahit.

Apapun kisahnya, Soeharto sangat mempercayai guru spiritualnya ini. Satu hal yang membuat Soeharto yakin, adalah ketika Romo Diyat meramalkan bahwa dirinya akan menggantikan Jenderal Ahmad Yani. Bukan saja sebagai Panglima TNI AD, tapi juga calon pengganti Soekarno.

Peranan Romo Diyat Dalam Keputusan Soeharto

Nasihat-nasihat Romo Diyat sangat berpengaruh dalam keputusan presiden Soeharto. Banyak kebijakan politik yang dikomunikasikan dengan Romo Diyat. Menurut Soedjono Hoemardani, Soeharto merasa lebih mantap jika langkah caturnya mendapat restu leluhur.

Senada dengan Soedjono, pakar sastra Jawa Universitas Indonesia, Dr. Budyapradipta yang pernah menjadi sekretaris pribadi Soedjono mengungkapkan bahwa Saat GBHN ingin dicetuskan, dan saat Indonesia ingin merebut Timor-Timur, Soeharto tidak henti-hentinya meminta saran spiritual dari sang Romo.

Intel Ghoib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun