Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Umat Buddha Namaskara (Bersujud) di Hadapan Bhikkhu yang Juga Manusia?

26 Mei 2021   10:15 Diperbarui: 26 Mei 2021   10:32 5914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengapa Umat Buddha Namaskara (Bersujud) Pada Bhikkhu (viharaariyadipasena.com)

Dalam ajaran Buddhis, ada istilah Tiratana. Berasal dari dua suku kata. Ti artinya tiga, dan Ratana berarti permata / mustika; yang juga bermakna sangat berharga.

Jadi Tiratana bagi umat Buddha berarti tiga mustika yang nilainya tidak terukur. Merupakan sesuatu yang agung, luhur, mulia, yang perlu sekali dipahami dan diyakini. Yakni, Buddha, Dhamma, dan Sangha.

Buddha Ratana tiada lain adalah sosok dari Buddha Gautama. Guru agung umat Buddha yang telah memberikan ajaran kepada umat manusia dan para dewa untuk mencapai kebebasa mutlak.

Dhamma Ratana adalah ajaran Buddha. Ajaran yang menunjukkan jalan mencapai kebebasan mutlak (Nibanna).

Sangha Ratana adalah persaudaraan Bhikkhu. Mereka telah melakukan hal luhur dan mulia. Meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi pengawal dan pelindung Dhamma.

Nah, pada saat bernamaskara di hadapan arca Buddha (simbol dari Buddha), maupun Bhikkhu, maka kita telah bersujud di hadapan Tiratana ini. Bagaimana pun bentuk patungnya, atau siapa pun Bhikhhu-nya. Tiratana-lah yang harus berada dalam perwujudan pikiran.

Bernamaskara memang adalah kebajikan. Tapi, semuanya bergantung pada pikiran. Melakukan dengan asal-asalan dan penuh hikmat, tentu berbeda. Pun jika dilakukan untuk pamer atau malu-malu kucing, jelas maknanya akan berubah.

Namaskara adalah bentuk dari kesungguhan hati. Dilakukan penuh baik, penuh hikmat, dan kesungguhan. Sebagai bentuk rasa syukur terhadap jalan kebajikan. Bukan untuk menghilangkan dosa atau pun untuk mendapatkan rezeki dari langit.  

Namaskara juga memiliki refleksi dalam kehidupan sehari-hari. Wujudnya adalah dalam bentuk menghilangkan ego dan memupuk sikap rendah hati dan lemah lembut.

Dalam kasus Paul (meskipun tidak semuanya benar), jelas egonya muncul. Ia menganggap Bhikkhu adalah manusia. Tidak ia kenal baik dan juga tidak berjasa dalam hidupnya. Tidak pantas disembah.

Dalam kasus Santo, ia memilih. Dalam bayangannya, sang Bhikkhu adalah kawan lamanya. Terasa gengsi jika bersujud. Ia tidak merasa sang kawan lama lebih sukses dari dirinya. Ego juga bermain di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun