Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tradisi Fangsheng: Kadang Menjadi Sebuah Ironi yang Miris

12 Februari 2021   20:39 Diperbarui: 14 Februari 2021   15:47 7062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Fangsheng (sumber: inibaru.id)

Caranya adalah: Setiap nafas, setiap pikiran, setiap langkah, setiap ucapan, dan setiap tindakan, hendaknya didedikasikan kepada semesta. Inilah yang disebut dengan Dana Parami (amalan tertinggi).

Dana Parami adalah perbuatan baik tanpa membeda-bedakan. Melihat segala sesuatu dengan benar, tanpa tendensi, tanpa kepentingan, apalagi keberpihakan.

Susah? Tidak! Bisa dimulai dengan duduk tenang dan memancarkan kasih sayang tanpa batas kepada seluruh alam semesta dan kehidupan yang berada di dalamnya. Jadilah manusia yang dipenuhi dengan perasaan welas asih.

Mengembangkan perasaan ini, akan mengubah diri menjadi manusia yang menyatu dengan alam semesta. Anda akan menjadi bagian dari paralisme keseimbangan alam, sehingga rezeki bukan lagi diterima, namun telah menjadi bagian dari penciptaan alam semesta yang juga merupakan milik Anda. 

Jika anda jeli, maka tradisi Fangsheng adalah pelatihan untuk menuju kesempurnaan dana parami. Lepaslah satwa, nikmati prosesnya, rasakanlah frekuensi sukacita dari para burung yang bebas terbang ke angkasa. Di sanalah Anda akan menemukan kebahagiaan.

Walau demikian, makna Fangsheng sendiri memiliki arti yang jauh lebih luas. Melepas satwa untuk memberi kebebasan bagi sesama mahluk hidup, termasuk melepaskan kemelakatan diri untuk menggapai kebahagiaan.

Semoga Bermanfaat

Referensi: 1 2

SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia - versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun