Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Sesama Ahli Fengshui Suka Saling Menjelek-jelekkan, Sih?

13 Mei 2020   06:26 Diperbarui: 13 Mei 2020   09:26 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: gettyimages.com

Sebuah pesan whatsapp diterima oleh penulis dari Wi-Cong, sahabat lama sesama peminat Ilmu Angka dan Metafisika.

"Koh, katanya fengshui rumah kamu gak dihandle ama suhu Blas, ya (nama samaran)." Tanya Wi-Cong.

Penulis pun menjawab dengan spontan," Yaialah, wong aku kenal dia setelah rumahku selesai dibangun, kok."

"Bukan gitu, Koh." Si Wi-Cong menjawab.

"Maksudnya?" Penulis masih gagal paham.

Sebuah tangkapan layar (screen shot) kemudian menyusul masuk ke dalam gawai. "Keluarga bos Rudy mksr sdh pake brp master ga jalan semua."

Oh itu toh, maksudnya, positif aja sih, toh setiap Master Fengshui memiliki kesempatan untuk mempromosikan kehebatannya.

"Oh oke, iya sih, tahun lalu aku pake jasanya, emang ciamik rasanya, tapi, kayaknya masih banyak juga suhu-suhu Fengshui di luar yang jago jago lho." Ujar penulis mencoba menetralkan.

"Iya, makanya aku cross cek sama Koh, soalnya grup Semarang kan suka belajar macam-macam ilmu metafisika, nah pengennya ngundang suhu Blas, cuman dia pesimis, karena anggapannya duit yang didapat gak akan sesuai dengan waktu." Ungkap Wi-Cong masih penasaran.

"Iyalah, aku sih tahunya dia udah belajar kemana-mana dengan uang sekolah yang tidak murah juga, wajar lah jika minta lebih."

Penulis kemudian membayangkan awal pertemuan dengan Suhu Blas. Tampang sederhana dengan logat jawa yang kental, pengetahuan metafisikanya memang cukup bernas.

Menggunakan jasa beliau, hasil cukup terasa. Bukti bahwa selama 2019, penulis bisa tidur nyenyak. Cukup oke dengan biaya konsultasi yang dikeluarkan, lagipula tidak memerlukan renovasi yang besar, hanya beberapa perubahan kecil saja yang tidak terlalu merepotkan.

Namun sejujurnya dari hati terdalam, penulis tidak yakin kepada siapa seharusnya berterima kasih atas keberhasilan pengaturan energi rumah. Sejak awal pembangunan hingga pertemuan dengan Suhu Blas, penulis telah menggunakan jasa empat ahli Fengshui.

Jangan kaget dulu, karena itu adalah permintaan dari sang ayahanda tercinta yang khwatir akan "kaul" tradisi yang dilanggar. Hihihi...

Fengshui memang adalah ilmu metafisika yang sudah sangat terkenal. Ahli Fengshui sudah menjadi profesi terbuka yang tidak asing lagi, dan klien yang menggunakan jasa para ahli, sudah berjibun jumlahnya.

Namun, apa dasar keberhasilan dari sebuah konsultasi Fengshui? Bisnis berjalan lancar? Keluarga sehat-sehat? Perasaaan nyaman? Jika iya, bukannya berdoa dan berusaha juga memiliki tingkat keberhasilan yang sama?

Penulis memohon maaf, menulis artikel ini sebagai seseorang yang sama sekali tidak menguasai ilmu Fengshui. Namun rasa penasaran ini, terkait dengan pertanyaan Wi-Cong selanjutnya.

"Heran lho ama guru-guru Fengshui, selalu saling menjelekkan, kapan hari juga ketemu seorang guru Fengshui, kliennya (menyebutkan sebuah nama besar di Indonesia). Ia juga terus menerus menjelekkan Suhu Fengshui yang lain."

Nah ini dia... Pernyataan inilah yang menggelitik penulis untuk membuat artikel ini.

Menurut penulis, sebagai seorang pribadi yang tidak memahami apapun mengenai Fengshui, Suhu yang jago, seharusnya tidak menjelek-jelekkan Suhu lainnya.

Bukannya sikap yang menjelekkan itu muncul dari rasa ketakutan? Takut tersaingi, takut kehilangan klien, takut dak dihormati, dan takut kelihatan dongoknya?

Jika merasa jago atau memang betul-betul jago, maka cukup menyampaikan apa yang diketahui, tanpa harus menjatuhkan orang lain. Cukup fair bukan?

Toh kadar kehebatan ilmu tidak berasal dari promosi, namun bukti dan hasil. Setiap klien memiliki pendapat pribadinya terhadap level keberhasilan yang dirasakan, bukanlah pemaksaan kehendak dari sang pakar.

Nama besar klien tidak serta merta membuat sang ahli Fengshui menjadi hebat. Ia hanya beruntung saja menemukan klien yang tenar. Selain itu, dalam keilmuan apapun, hubungan humanis selalu terasa penting, untuk menjadikan kita lebih manusiawi.

Sebuah contoh sederhana, apakah anda dapat membandingkan kehebatan dari dua orang dokter spesialis yang sama? Si A mungkin mengatakan dokter X, sementara Si B mengatakan dokter Y.

Masing-masing pasien memiliki pendapatnya sendiri dengan segudang argumen yang mendukung. Si A bisa saja mengatakan bahwa dokter X lebih jago karena jam terbangnya yang lebih senior dari dokter Y.

Sementara Si B mengatakan bahwa gaya berkomunikasi dokter Y lebih bagus dan memuaskan, sehingga terkesan lebih hebat. Nah, apakah jam terbang dan kehalian komunikasi dapat dijadikan patokan sebagai seseorang yang lebih jago dari yang lainnya?

Si A dan Si B bisa saja memiliki pendapat yang berbeda, namun secara etika kedokteran, dokter X dan Y tidak akan pernah saling menjatuhkan. Karena dengan saling menjatuhkan, maka sesungguhnya yang diserang adalah keilmuan itu sendiri.

Memang tidak semua Suhu Fengshui yang nyeleneh kayak begitu. Ada seorang sahabat yang bernama Lie Sauw Tjin, seorang pakar Fengshui dari kota Solo.

Penulis berkenalan dengannya pada saat menjadi narasumber pada panggung yang sama yang diadakan oleh PD. INTI (Indonesia-Tionghoa) Sul Sel, di awal 2018 dengan tema "Seminar Fengshui dan Numerologi."

Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi
Beliau sebenarnya adalah seorang arsitek yang memperdalam ilmu Fengshui, karena banyaknya klien yang meminta penyusunan aristektur berdasarkan kaidah Fengshui.

Penulis cukup terkesan dengan pola pikirnya. "Bahwa energi alam berada di sekitar kita. Menyeimbangkan alam adalah hal yang terasa perlu, agar kehidupan dengan alam dapat menjadi lebih harmonis."    

Beliau menelurkan konsep Psikologi Neo Fengshui. Memadukan konsep keseimbangan energi alam dan juga psikologi. Menghasilkan harmonisasi diantara manusia dan alam.  Namun diantara semua konsep, penulis paling terkesan dengan gayanya yang rendah hati, mau berbagi, dan SELALU MEMUJI AHLI FENGSHUI LAINNYA.

Nah ini dia...

Jujur, memercayai Fengshui sudah merupakan bagian dari tradisi keluarga. Ayahanda tercinta tidak akan pernah setuju, jika anak-anaknya membangun sebuah bangunan tanpa mempertimbangkan kaidah Fengshui yang baik.

Bagi penulis sendiri, memercayai Fengshui juga adalah sebuah keharusan. Bukan saja karena penulis memang memercayai eksistensi ilmu Fengshui, namun tradisi keluarga adalah hal yang harus dijaga juga, bukan?

Singkatnya, dengan mematuhi kaidah Fengshui dan di kemudian hari, jika ternyata ada sesuatu yang "salah" terhadap bangunan, maka yang harus dilakukan adalah memperbaiki usaha manusia. Hal yang jelas lebih mudah dilakukan ketimbang menyalahkan alam atas apa yang terjadi.

Ibunda pernah mengatakan bahwa sesungguhnya untuk menjaga keseimbangan alam, maka hal terpenting yang harus dilakukan adalah memperbaiki diri sendiri. Fengshui hanya salah satu dari tiga faktor utama penentu keberhasilan, selain Doa dan Usaha.

Jika "nasib" sedang sial, maka kita akan menemukan Master Fengshui yang salah, namun jika "nasib" sedang bagus-bagusnya, maka apapun yang dilakukan tentu akan berhasil tanpa memerlukan saran dari siapapun, termasuk Master Blas.

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun