Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Feminis Pemimpin, Kraton, dan Jawa

18 Juli 2022   07:15 Diperbarui: 18 Juli 2022   20:51 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi:tirto.com

Berbicara masyarakat bukan saja berbicara tatanan, tetapi juga harus berbicara ide-ide dalam bermasyarakat. Memang menjadi satu manusia ideal harus betumpu pada tujuan "ideal" itu sendiri yang disepakati bersama.

Namun dalam bangunan bermasyarakat, apakah konsep ideal tidak menjadi kabur ketika satu dari banyak masyarakat sendiri mempunyai gagasan bagaimana menjadi ideal itu menurut versinya masing-masing?

Tentu tidak akan menjadi mudah ketika manusia berbicara ide. Apa lagi saat ia harus berbicara ide, namun ide itu dihadapkan dengan krumanan yang juga membawa ide-idenya sendiri-sendiri dalam balutan bermasyarakat.

Ibaratnya menjadi satu semut dalam satu rumah di isi jutaan semut yang menghuninya. Satu manusia tidak dapat mengubah apapun terkecuali: "Ia memang sudah punya kekuatan dalam mempengaruhi banyak manusia didalam kehidupan ber-masyarakat".

Maka tidak heran pemimpin-pemimpin diciptakan dalam struktur sosial bermasyarakat; bawasannya titah atau pengaruh mereka dapat mempengaruhi wacana ide berpikir manusia dalam hidup ber-masyarakat.

Tetapi apa yang tidak dapat disentuh oleh manusia berpengaruh tersebut (pemimpin), adalah ranah tradisi dan anggapan yang berbudaya secara turun-temurun menjadi keyakinan banyak masyarakat.

Secara tidak langsung keyakinan-keyakian tersebut menjadi dalil-dalil baru dalam hidup bermasyarakat, yang diyakini secara ideologis bawah sadar mereka.

Dalil tersebut seperti hukum, dan apa bentuk hukum tersebut adalah adanya konsep dari stigma buruk dalam sebuah persepsi, yang menjadi acuan dalam bermasyarakat itu sendiri sebagai "ideal" dari yang dipilih atau disepakati menjadi ideal.

Sebut salah satu yang banyak "terhukum" masyarakat saat ini adalah stigma menjadi (sebagai) "Perempuan". Mengapa perempuan cenderung rentan terkena dampak buruk dari stigma tersebut di masyarakat dari pada laki-laki dengan maskulinitasnya?

Perlu diingat peradaban saat ini bukan saja bentuk dari keterpengaruhan dimasa lalu, tetapi pengetahuan yang dibangun cenderung maskulin dan mempinggirkan perempuan sebagai bagian dari masyarakat yang setara sebagai feminimitas.

Karena di dalam keyakinan masyarakat tradisional, perempuan bukan saja harus patuh, kalem, dan tidak mengikuti gaya hidup yang nakal, tetapi juga dari dalam strata sendiri harus lebih rendah dari laki-laki, padahal semua manusia diciptakan untuk menjadi sama, tidak ada perbedaan baik didalam masyarakat maupun sebagai pribadi manusia itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun