Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Krisis Kepercayaan akan Jodoh, Lebih Baik Dijodohkan?

26 Mei 2021   18:59 Diperbarui: 26 Mei 2021   19:02 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.com

Terakadang jika ditelusuri, jodoh sendiri dipilih harus melalui pertimbangan yang rumit. Tentu karena dibuat sendiri oleh manusia. Factor kecocokan, ekonomi, dan lain sebagainya yang membuat manusia semakin berpikir dan justru semakin dijauhkan oleh jodohnya sendiri karena banyak memilih.

Saya pun yang saat ini memasuki umur 28 tahun, dimana menurut berbagai penelitian merupakan usia ideal untuk menikah karena dari sisi pengalaman sendiri sudah banyak, harus menelan pil pahit dimana sulitnya menemukan jodoh sedang saya alami dimasa setengah krisis ini.

Memang banyak factor antara saya yang tidak mau berusaha atau saya masih takut akan nasib pernikahan yang dalam bayangan menakutkan pikiran.

Bagaimana nanti ketika menikah yang antara lain harus tanggung jawab secara ekonomi. Belum dengan membangun bahtera rumah tangga yang tidak sederhana seperti kebebasan yang mungkin akan berbeda ketika masih lajang. Tetapi bagaimanapun dalam hati kecil saya menghasrati pernikahan dan lebih siap untuk menikah.

Pernah saya mencoba mengajak seseorang untuk menikah, tetapi entah mengapa semakin saya kejar semakin seseorang yang saya ajak menjauh. Entah mengapa, mungkin sikap dan karakter saya kurang baik untuk dia atau memang saya bukan kriteria pria idamannya.

Saya akui, memang dalam hal kepribadian saya bukanlah orang yang hangat dan mungkin tidak pantas dicintai, atau kita memang bukan jodoh itu masih menjadi pertanyaan saya meski menyalahkan diri sendiri bukanlah lagi sebuah hal yang bijak.

Terus terang, pernikahan memang tidak sederhana. Jodoh juga menjadi sesuatu yang rumit. Jujur, ada kecanggungan tersendiri, dimana ketika jodoh dikejar menjauh, saya semakin pesimis mengejar-ngejar jodoh ditengah umur yang terus melonjak tinggi.

Apakah ketika manusia sudah menyerah untuk mengejar jodoh, sudah tak tau lagi bagaimana mencari jodoh, mencari bantuan "dijodohkan" adalah solusinya? Saya berkaca pada diri, mungkin dijodohkan adalah solusi untuk orang-orang seperti saya yang ada pada masa krisis, dimana mencari sendiri dengan mengejar-kejar jodoh justru dengan sendirinya juga mereka menjauh?

Dengan rumitnya mencari jodoh ditengah banyaknya orang dan itu dapat terkoneksi didunia maya, saya menjadi bertanya-tanya, sebenarnya pikiran manusia itu sendiri yang membuat jodoh rumit, ataukah kita ingin kembali pada masa-masa jodoh itu baiknya dijodohkan saja?

Yang jelas jika memang dirasa berat dan butuh solusi dalam mencari jodoh, dijodohkan menurut saya lebih simple. Yang pertama adalah sama-sama niat menikah, yang kedua jika cocok setidaknya ada upaya mereka yang dijodohkan sama-sama menginginkan menjadi jodoh.

Mati ada waktunya, rezeki ada takarannya, dan jodoh pasti ada jodohnya. Jika jodoh seorang manusia tidak ketemu juga, pastikan kita tetap berjodoh dengan maut, yang sudah pasti akan datang bagi seseorang yang hidup. Karena hidup yang pasti berjodoh dengan mati.

 

 

  

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun