Melangengkan suatu nama didalam kancah perpolitikan adalah tuntutan untuk tetap eksis di media. Sebagai lembaga yang menyuarakan aspirasi masyarakat terhadap Negara. Peran partai politik harus dominan menyuarakan apa suara yang ingin disampaikan masyarakat.
Tetapi masyarakat yang berjumlah banyak, sampai kapan pun adanya lembaga apa pun yang mewakili rakyat. Tidak mungkin mereka akan sempurna sebagai lembaga keterwakilan suara rakyat.
"Lembaga perwakilan rakyat memang tidak bisa sempurna. Tetapi ia dapat bijak. Suara mana yang memang menurut anggota perwakilan tersebut secara nurani dapat berimbang sebagai suara keadilan untuk rakyat".
Maka sebagai angota perwakilan rakyat baik DPR (Dewan Perwakilan Rakya) dan MPR (Majelis Perwakilan Rakyat) kesemuanya tidak hanya mendengarkan. Tetapi juga memberi suatu penilaian yang ditimbang dari segala arah pendapat masyarakat yang masuk.
Itulah sejatinya kerja DPR dan MPR yang dibawa partai politik sebagai penyambung lidah rakyat, nurani rakyat, dan memperjuangkan nasib rakyat.
Memang dalam setiap prefersensi kontestasi politik yang ada. Demokrasi di Indonesai bahkan di dunia saat ini. Memungkinkan jalannya politik kenegaraan sangat pragmatis.
Dalam pragmatisme politik, yang saya sebutkan itu adalah berbondong-bondangnya sarana politik oleh sebagain besar politikusnya hanya sebagai tempat mencari keuntungan dan kepentingan pribadi.
Maka dari itu saat ini, mudah sekali jika memang seseorang ingin menjadi politikus. Bergabung dengan partai, punya uang untuk mengikuti kontestasi politik "pemilu". Ia dapat melenggang menjadi anggota DPR atau MPR.
Namun itulah regulasi dalam sistem demokrasi. Sebenarnya tidak salah asalkan mereka "wakil rakyat" konsisten menyuarakan suara rakyat dengan jeli dan seimbang. Bukan sebagai kepentingan dan keuntungan menjual suara rakyat untuk memperbaiki "kekayaan" diri mereka sendiri.
Minim kualitas dalam berpikir maupun mendengarkan suara masyarakat. Kebanyak yang mereka kejar dalam menjadi wakil rakyat saat ini adalah keuntungan dan kepentingan pribadi. Sebab itu mereka melakukan praktik "pragmatism" politik. Â Â
Maka tidak salah jika saat ini politikus-politikus pragmatis tersebut hanya garang tanpa isi diruang-ruang public mewakili rakyat. Mencari-cari media untuk membuat sesuatu yang viral agar nama dirinya sebagai "wakil rakyat" dikenal. Serta tetap berkibarnya bendera partainya sendiri. Dimana dengan adanya berita tentang partainya tersebut akan menaikan extabilitas partai.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!