Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hakekat: Ritus Kepada Diri

29 Juli 2020   16:25 Diperbarui: 8 Agustus 2020   23:48 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkinkah saya yang sering jengah pada hidup dan dunia saya sendiri harus menjadi manusia dalam pengelana pengejar sisi spiritualitas itu seumur hidup sebagai suatu yang harus dilaksanakan pada hidup saya sebagai manusia?

Atau dengan anak-anak manusia yang diharapkan datang mengisi waktu kehidupannya. Apakah anak itu akan hadir didalam pengelanaan hidupnya, bawasannya; untuk membangun  hidup sendiri memang harus berkelana menemukan wanita yang sama menginginkan anak-anak?

Sebuah sirkus akan terlihat ramai suasananya ketika memang ada aktivitas interkasi didalammnya antara  krumunan dari para penonton. Juga para kru sirkus yang berkerja sama dalam sirkus tersebut menjadikan suasana itu hidup.

Mungkinkah suasana menjadi pribadi manusia akan saling mengisi dalam rasa sendiri, dimana ia juga harus membangun bersama-sama dalam membina keluarga sebagai pengelana spiritualitas yang tidak lagi sendiri?

Bawasanya hidup harus membangun bangunan keluarga pada akhirnya mengutuhkan hidup kita badan yang berwujud "manusia"? Namun terkadang berpikir tentang hidup atau setiap akomodasi yang harus dibangun dari hidup itu sendiri.

Mungkinkah tidak mengkhawatirkan sebagai dirinya kini yang harus memenuhi kebutuhan mereka kelak (keluarga) manusia? Ataukah dengan berbagai kekehawatiran itu, mungkinkah itu merupakan jalan madeg manusia untuk memulai dalam pengalamanan berkeluarga?


Memang ketakutan dan kekehawairan akan terus bersama pikiran manusia. Tetapi apakah manusia tidak kembali lagi bertanya pada dirinya sendiri---- dirinya pun hidup dalam kekhawatiran itu untuk menemukan satu titik pijak spiritualitas bagi hidupnya sendiri?

Ketakutan dan kekehawatiran memang seperti harus tertebus rapi oleh manusia dibalik rasanya sendiri yang terus mengkhawaitrakan hidup itu. Apakah manusia tidak akan menjadi Ular atau Singa bagi dirinya sendiri untuk tetap brontak tidak dapat lentur dengan keheningan suasana hatinya sendiri?

Sepertinya memang "benar" rasa takut dan khawatir manusia itu harus dihilangkan sebagaimana ia harus dilepasakan--- untuk ringan menjalani hidup sebagai manusia termasuk manusia yang terus akan hidup dalam pengelanaan spiritualitas.

Dunia adalah tempat bagi manusia untuk berkelana dimanapun dan kapanpun waktunya. Menjadi pengelananya dunia spiritual mau tidak mau memang harus dijalani manusia dibalik kebutuhan akan materialism yang harus sama-sama dipenuhi.

Tentu sebagai pelajaran dari hidup yang begitu kompleks dan tentang berbagai pelajaran yang berharga itu. Tetaplah engkau manusia harus tetap belajar untuk tahu supaya sadar sebagai seorang pengelana dunia itu sendiri berwujud materi dan spirit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun