Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

"Garam", Impor, dan Sikap Pemerintah

6 Juli 2019   22:56 Diperbarui: 6 Juli 2019   23:11 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi; Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bersiap memberikan konferensi pers di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa 30 April 2019. Susi Pudjiastuti menegaskan kapal ikan Vietnam yang ditangkap TNI AL di Laut Natuna Utara, Sabtu (27/4/2019) lalu telah melanggar wilayah laut Indonesia. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Jika bukan seperti itu, pebisnis secara langsung tidak dapat mempengaruhi keputusan politik, berarti ada kapitalis birokrat yang bermain keuntungan disana melalui regulasi yang mereka terapkan pada politik ekonomi negara terkait import barang tersebut.

Pernyataan mentri kelautan Susi Pudjiastuti dalam berbagai komentarnya menanggapi isu anjlognya harga garam dipasaran tetap masih mengambang dan tanpa solusi pencegahan di masa depan. Pendapat Susi sendiri di berbagi media besar; 

"Penyebab harga jatuh adalah impor terlalu banyak dan bocor, titik!

-Susi Pudjiastuti-

Menurut saya, tidak ada bedanya dengan mentri-mentri sebelumnya yang hanya berkomentar tanpa solusi, dan tegas mengungkapkan pada publik siapa yang harus bertanggung jawab atas anjolgnya harga barang "garam" terbaru tersebut. 

Tentu ini menjadi catatan penting masyarakat tentang import, harga barang, dan anjlognya di pasaran yang seperti menjadi takdir dari politik ekonomi di Indonesia sendiri. Membuat resah "jelas", namun yang sangat disayangkan mengapa kok tidak dapat di hentikan atau dicegah hal ini? Bagaimana menurut Anda? Mungkinkah ada pendapat lain?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun