Sekarang ini aku mulai mengubur cara hidup yang efisien itu. Mimpiku banyak namun aku tahu mimpi itu harus dibarengi sarana agar lebih mudah tercapai.Â
Akhir-akhir ini aku dihadapkan dua pilihan antara rasa sakitnya melawan arus untuk membangun sarana sendiri dan pilihan praktis mengorbankan hasil untuk kesenangan maupun interpretasi bahagia banyak orang. Dunia hari ini memang menyamarkan, di mana yang menang dan kalah punya masalahnya sendiri-sendiri yang tidak bisa lagi dibanding-bandingkan bahkan dengan perolehan uang.
Rasanya tak mungkin dijaman serba ada bak surga bertapa lagi didalam goa. Jaman ini mencoba mengisolasi diri sama dengan mencicipi neraka lebih dini. Tak ada ide-ide lagi, tak ada juga renungan mencari kebijaksanaan rasa dihati, kini semua serba instan, yang berarti tidak peduli semua dilakukan dengan cara konsumsi asal menenangkan hati.
Abad ini merupakan jaman maju walapun banyak orang konservatif menganggap jaman ini mundur. Apapun kemunduran bagiku adalah kemajuan itu sendiri. Mungkin inilah jaman yang boleh dikata abad pencerahan bagian dua bagi rakyat pengamat. Dimana setiap kemajuan teknologi ada kemunduran dalam perkara moralitas, tergila-gila pada material "uang" adalah ciri kemunduran moralitas itu sendiri.Â
Tetapi intuisiku berkata moralitas yang baik adalah moralitas yang buruk menjadi baik dan yang baik menjadi buruk lagi. Aku rasa dunia adalah tempat membangun buruk sekaligus baik.Â
Yang salah hanyalah orang yang memperkarakannya karena ketidakmampuan menyesuaikan jamannya. Sadarlah kita berada dijaman yang selalu akan menjadikan "bersenang-senang adalah tujuannya. Tetapi apa yang salah dari itu? Bukankah hidup untuk senang?
 Kini tidak ada alasan hari untuk tidak mengkhawatirkan dirinya. Perubahan yang serba cepat mau tidak mau harus ikut bahkan terjun bebas di dalamnya. Apa yang akan terjadi besok seakan sudah bisa terprediksi. Besok dan lusa tidak ada alasan untuk tidak punya selembar uang.Â
Bekerja mencari uang lalu belanja tanpa batas merupakan pemandangan yang umum di sebuah tempat, di mana ciri masyarakatnya sangat begitu kapitalistik.
Mencari dan mengumpulkan bongkahan uang, merupakan cara bertahan dipusaran masyarakat kapitalistik abad 21 ini. Jangan pernah tidak tahu caranya seperti apa, seseorang yang polos akan masuk pada jurang neraka dunia yang panas berhembus harapan dan keinginan akan sejahtera dan uang.Â
Yang polos adalah orang-orang yang harus memuaskan hasrat belanjanya tanpa memikirkan segala sesuatunya, bahkan rasa lelahnya pun tak dihargainya dengan sikap konsumtifnya.Â
Kepolosan adad 21 haruslah dihilangkan untuk tidak tetap melekat di dalam diri. Dimana pemberdayaan kebodohan yang memiskinkan sudah tidak berlaku lagi oleh para pencari keuntungan-keuntungan pribadi. Semua harus dilakukan secukupnya agar kemenangan tidak terpusat pada orang itu-itu saja para pelaku bisnis besar ekonomi.