Mohon tunggu...
Komar Udin
Komar Udin Mohon Tunggu... Lainnya - Wiraswasta

Membaca, sederhana , politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pasang Surut Hubungan PKB dan NU

15 November 2023   12:07 Diperbarui: 15 November 2023   12:19 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sangat populer nasib NU ketika berada bersama ppp cuma menjadi  pendorong mobil mogok.  Maksudnya adalah tanpa sumbangsih suara dari warga NU, partai persatuan Pembangunan atau P3 seperti mobil mogok yang tdk bisa melaju sbg mana mestinya. NUlah yg mendorong mobil mogok tersebut sehingga bisa melaju kencang ,setelah itu meninggalkan NU begitu saja bahkan tanpa ucapan terima kasih , padahal NUlah yg telah bersusah payah mendorong mobil mogok tersebut hingga bisa melaju kencang. Tragis memang.

Kalau mundur jauh kebelakang saat zaman orde lama dimana saat itu NU bersama dengan Masyumi ( Majlis Syuro Muslimin Indonesia ). Nasib NU tidaklah berbeda dengan saat berada dibawah payung P3,nasibnya sama tragisnya. Tokoh2 NU tidak kebagian jatah politiknya baik diparlemen maupun dipemerintahan. Bahkan jatah menteri agama diborong habis oleh tokoh Muhammadiyah ,sampai-sampai Kiyai Wahab Hasbullah marah besar sehingga NU menyatakan mundur dari Masyumi pada Muktamar NU 19 di Palembang dan jadi portai politik sendiri.

Kemarahan kiyai Wahab   Hasbullah meledak ketika dalam satu Rapim  beliau meminta NU keluar dari masyumi saat itu juga. ketika ada peserta rapat yang lain mengusulkan kalau usulan seperti itu disampaikan pada Forum Muktamar,beliau menolak ,bersikukuh agar Forum saat itu juga memutuskan keluar dari Masyumi dan beliau siap mempertanggung jawabkan keputusan tersebut di Forum Muktamar. Akhirnya usulan tersebut disepakati dan dimuktamar 19 Palembang disampaikan keputusan tersebut dan secara resmi kemunduran NUpun  disyahkan diforum tertinggi NU saat itu.

Itulah sekelumit cerita duka tentang nasib NU dipentas politik tanah air, baik ketika bersama  Masyumi ,maupun saat berada dibawah payung Partai Persatuan Pembangunan,sehingga tahun 1984 , pada Muktamat di Situbondo NU menyatakan keluar dari P3 dan kembali kekhitah 1926 yaitu NU sebagai mana saat pertama kali lahir pd tahun 1926 sebagai organisasi Keagamaan.

Kalau saat orde lama keluar dari Masyumi NU menjadi partai sendiri, maka ketika zaman orde baru NU keluar dari P3 utk kembali kekhitah 1926 yaitu NU yang tidak berpolitik praktis. Nampaknya NU sudah benar2 kapok ikut dalam pentas politik tanah air.

Padahal sebagai mana kita ketahui, NU menganut prinsip "Maalaayadroku kuluh laa yatroku kuluh". Kalau tidak bisa didapat seluruhnya, jangan ditinggalkan seluruhnya. Tapi rupanya NU memang tidak dapat apa2, walau hanya sedikit saja ,maka tidak ada lagi yang perlu pertahankan,karena nyatanya NU memang tidak dapat bagian jatah pokitiknya. Kiyai2 NU dianggap tdk cakap dalam politik,kaum sarungan dinilai tempatnya cukup dipesantren  saja,ngurus santri dan tidak pas berpolitik.


Inilah yang pemicu keluarnya NU dari politik praktis, sehingga menjadi hambatan organisatoris oleh pengurus besar Nahdlatul Ulama atau PBNU,sehingga PBNU harus hati2 betul dalam merespon kehendak warga Nahdiyin utk membentuk parpol baru diera reformasi. Dua kali NU keluar dari dari partai politik yaitu dari Masyumi dan Partai Persatuan Pembangunan sehingga harus kembali kekhitah 1926, sementara reformasi menggoda NU utk kembali berlaga dipentas politik tanah air.

Karena itulah PBNU membentuk
panitia lima dan  tim asistensi  yg berjumpa sembilan orang seperti yang disebutkan diatas agar langkah yang diambil kemudian hari betul2 telah melewati beragam-macam pertimbangan yg konferehensif.

Kalau melihat nama-nama yang muncul dibalik pendirian PKB, jelas sekali kalau jajaran ulama NU benar2 turun gunung dalam melahirkan parpol yang sengaja , wabil khusus utk warga NU. Namun demikian sebagai mana dipahami NU juga  sangat kental pemahaman dan komitmen kebangsaannya, karenanya partai yg kemudian terbentuk harus bersipat terbuka kepada seluruh rakyat Indonesia, terlepas apapun agama,suka,bahasa dan adat istiadatnya. Sehingga selanjutnya lahir Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB,  lahir dari ulama NU utk bangsa Indonesia.

Saat deklarasi PKB pada tanggal 23 Juli 1998 Yang berlangsung diCiganjur Jakarta Selatan ,dibacakan latar belakang berdirinya PKB.pada paragraf akhir Deklarasi berbunyi "Dengan memohon Rahmat,Taufiq,hidayah dan inayah Allah Swt, serta didorong oleh semangat keagamaan, kebangsaan dan demokrasi, kami w.arga Jamiyah NU dengan ini menyatakan berdirinya partai politik yang bersipat kejuangan,kebangsaan, terbuka dan demokratis yang bernama PARTAI KEBANGKITAN BANGSA/PKB.

Keterlibatan langsung sesepuh NU,menandakan begitu pentingnya sebuah parpol utk menampung aspirasi politik warga NU. Sudah terlalu lama warga NU numpang  kendaraan politik orang lain baik saat bersama Masyumi maupun PPP .  Sebagai penumpang punya resiko diturunkan ditengah jalan, NU bukan pemegang kendali partai maka tdk bisa menentukan arah, nasib NU terombang -ambing dalam pusaran gelombang yg dahsat. Maka wajar pulalah klau akhirnya tidak kebagian apa-apa, walau sudah berjuang mati-matian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun