Mohon tunggu...
Drs. Komar M.Hum.
Drs. Komar M.Hum. Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Al-Izhar dan Fasilitator Yayasan Cahaya Guru

Berbagi dan Menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ngopi Dua: Mewaspadai Kekerasan yang Menyelimuti Kita

14 September 2019   23:27 Diperbarui: 14 September 2019   23:45 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ila      :    Mengagumkan.

Ali      :    Hebat.

Lia     :    Pertanyaan berikutnya, bagaimana perasaan kalian jika menyaksikan kurban manusia (zaman dahulu) atau hewan (zaman sekarang) yang sedang disembelih, mengelepar-gelepar, dari lehernya tersembur darah segar, dari mulutnya keluar suara mengerang merasakan sakit tak tertahankan, dan meregang nyawa?

penyembelihan-hewan-kurban-5d7d14030d82301ccb01add2.jpg
penyembelihan-hewan-kurban-5d7d14030d82301ccb01add2.jpg
Ali      :    Terharu.

Ila      :    Merasa semakin dekat dengan Allah.

Lia     :    Pertanyaan pamungkas, mengapa tanggapan dan perasaan kalian berbeda-beda terhadap fenomena yang secara substansial sama, yaitu KEKERASAN? Bukankah ketiganya menyajikan tontonan yang sama, yaitu penderitaan, cucuran darah, dan tersingkirnya pihak lain? Tetapi mengapa kita bersikap ambigu dengan memberikan respon yang berbeda untuk fenomena sejenis? Pertanyaan inilah yang akan kita jadikan sebagai pintu masuk dalam membedah struktur dasar dan menyingkap sisi gelap karakter manusia yang gandrung terhadap kekerasan.


Ila      :    Sepertinya perlu direkam obrolan kita kali ini. Supaya bisa didengar ulang di ruang guru. Ha...ha...

Ali      :    Iya, setuju. Jangan hanya kita saja yang mendapat momentum berharga ini.

Lia     :    Boleh juga. Tapi nanti juga akan saya terbitkan bukunya. He... he....

Ila      :    Amin.

Lia     :    Tindakan kekerasan yang berujung pada kematian tragis beberapa praja di STPDN, sebagai contoh kasus, berakar pada tertanamnya rasa superioritas dari senior terhadap yunior. Senior menganggap dirinya hadir lebih dulu di kampus tersebut, sehingga merasa memiliki hak istimewa untuk melakukan "pembinaan" yang diwujudkan dalam bentuk teror fisik dan mental terhadap yuniornya, yang dianggap sebagai "pesaing".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun