Mohon tunggu...
Drs. Komar M.Hum.
Drs. Komar M.Hum. Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Al-Izhar dan Fasilitator Yayasan Cahaya Guru

Berbagi dan Menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bagaimana Merancang Metode Pembelajaran yang Menarik, Menyenangkan, Kontekstual dan Bermakna?

1 Desember 2017   23:57 Diperbarui: 2 Desember 2017   09:27 5459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelas harus menjadi medium untuk menumbuhkan kepedulian murid agar bisa memahami, merespon, dan memberikan solusi terhadap beragam masalah yang terjadi di masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional, maupun global.

Untuk menjawab tantangan tersebut, hampir dalam setiap menit-menit awal pembelajaran, saya mengawalinya dengan apa yang disebut sebagai "Kajian Isu Terkini" (istilah kerennya: Current Issues Studies). Pertanyaan kunci yang sering saya kemukakan saat memulai pelajaran adalah "Peritiwa apa yang menarik perhatian kalian pada pekan ini?" "Bagaimana tanggapan kalian?" "Adakah relevansinya dengan materi yang sedang kita bahas?" 

Pertanyaan tersebut, selain dalam rangka meningkatkan kepedulian mereka, juga untuk mengukur apakah mereka memanfaatkan media - baik cetak maupun digital - dalam proses belajar (menumbuhkan kemampuan literasi media).

Ketika membahas materi Perbandingan Negara Maju dan Berkembang untuk murid kelas XII IPS, ada seorang anak yang menyampaikan ketertarikannya pada pernyataan Salim Said, yang mengatakan dalam sebuah acara diskusi di satu stasiun televisi, "Mengapa Indonesia tidak maju, karena Tuhan pun tidak ditakuti." Tentu saja ini menjadi pemicu terjadinya diskusi hangat dan penuh gelora, yang kemudian merambah ke beberapa hal, termasuk pada 2 dimensi ajaran agama, yaitu dimensi ritual-simbolik yang partikular dan sistem nilai yang universal.  

Untuk lebih menyempurnakan proses pembelajaran, saya menampilkan cuplikan video tersebut, yang disambut dengan gelak tawa mereka, karena memang sang professor berargumen dengan sangat bernas namun penuh canda.

Contoh lainnya adalah saat pembahasan materi Oceanografi di kelas XI IPS, terutama topik Laut Teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Seorang anak mengemukakan ketertarikannya pada ketegasan Menteri Perikanan dan Kelautan, Susi Pudjiastuti dalam menindak para pencuri kekayaan laut Indonesia, yang tanpa ampun menenggelamkan kapal perampok tersebut. 

Ketertarikannya bukan saja pada ketegasan sikap sang menteri, tetapi juga pada latar belakang pendidikan dan gaya hidup yang apa adanya, tanpa beban berat untuk menjaga pencitraan di mata publik. Tapi justru kesederhanaanya itulah yang mengundang kekaguman dari berbagai kalangan.

Tentu saja itu hanya segelintir pengalaman bagaimana mengaitkan antara apa yang terjadi di luar sana dengan apa yang menjadi pokok bahasan di dalam kelas. Guru harus berani merobohkan "dinding mental" kelas jika pembelajaran ingin kontekstual dan bermakna. Sekali lagi, tidak ada yang salah dalam proses kreatif. Yang terjadi adalah  "proses pertumbuhan". Lebih baik lagi jika pertumbuhan itu juga ditularkan kepada para guru lain.

Mari kita merangkai kata, berbagi asa, untuk menuai bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun