Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Melihat Kerjasama Aviasi Indonesia dengan Negara Lain

16 Februari 2024   13:12 Diperbarui: 17 Februari 2024   00:50 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : pixabay.com

Tulisan ini adalah sambungan dari tulisan sebelumnya dengan judul : Dibutuhkan Lebih dari Sekadar Penuruanan Harga Tiket.

Situs aviationweek memberitakan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan dalam bidang penerbangan dimana pada kerjasama ini maskapai dua negara dapat melayani rute penerbangan dari enam kota di Korea Selatan dan enam kota di Indonesia.

Keenam kota tersebut adalah Busan, Daegu, Cheongju, Jeju, Muan dan Yangyang, sedangkan di Indonesia meliputi Balikpapan, Batam, Kertajati, Lombok, Manado dan Yogyakarta.

Bagaimana kita melihat kerjasama ini, apakah menguntungkan bagi para maskapai dari kedua negara dalam menyediakan kursi penerbangan antar dua negara ?

Untuk menjawabnya memang masih memerlukan waktu dengan melihat realisasi kerjasama ini yang berupa penerbangan langsung antar kota kota yang termasuk dalam kerjasama ini, akan tetapi mari kita melihat kerjasama serupa yang sudah terealisasi.

Pada tahun 2023 yang lalu, maskapai flag carrier Garuda Indonesia juga telah melakukan kerjasama dalam bentuk joint venture dengan maskapai Singapore Airlines, bagaiman kita melihat kedua kerjasama ini, apakah memang benar benar saling menguntungkan bagi kedua pihak ?

Mari kita melihat kerjasama dengan Singapore Airlines terlebih dahulu.

Menurut situs Garuda Indonesia, kerjasama ini akan berupa joint venture untuk rute Singapura - Denpasar, Singapura - Jakarta dan Singapura -- Surabaya, mari kita melihat dari masing masing rute tersebut

Menurut situs flightconnections, rute Singapore-Surabaya dilayani oleh empat maskapai yaitu Garuda Indonesia, Jetstar, Scoot dan Singapore Airlines sedangkan untuk frekuensi penerbangannnya adalah sebagai berikut :

Rute Singapore -- Surabaya 

  • Garuda Indonesia terbang satu kali setiap hari = 7 penerbangan/minggu
  • Jetstar terbang satu kali setiap hari = 7 penerbangan/minggu
  • Scoot terbang satu kali pada hari Senin, Rabu, Kamis dan Sabtu sedangkan untuk Minggu, Selasa dan Jumat dua kali = 10 penerbangan/minggu
  • Singapore Airlines terbang dua kali setiap hari = 14 penerbangan/minggu

Dari sisi frekuensi penerbangan kedua maskapai dengan anak perusahaan, Singapore Airlines dengan Scoot lebih banyak jumlah penerbangannya dalam seminggu yaitu sebanyak 24 penerbangan dibandingkan dengan Garuda Indonesia dengan hanya 7 penerbangan karena hadir tanpa anak perusahaannya di rute ini karena Citilink terbang melayani rute ini via Jakarta (CGK).

Sedangkan dari sisi jumlah kapasitasnya, Garuda Indonesia menggunakan pesawat Boeing B 737-800, Scoot dengan Airbus A 320-100/200 sedangkan Singapore Airlines dengan Airbus A 350 dan Boeing B 737 MAX 8, disni kita melihat bahwa Singapore Airlines menggunakan pesawat berbadan lebar setiap harinya dimana kapasitasnya jauh lebih banyak dari pesawat berbadan sedang seperti B 737-800/MAX 8 ataupun Airbus A 320-100/200.

Rute Singapore-Jakarta

Terdapat 8 maskapai yang melayani penerbangan namun bila pada kerjasama ini kita melihatnya dari empat maskapai yaitu Singapore Airlines dengan Scoot nya dan Garuda Indonesia dengan Citilink nya.

  • Garuda terbang 4 kali dalam sehari kecuali hari Minggu = 27 penerbangan/minggu
  • Citilink terbang 2 kali dalam sehari = 14 penerbangan/minggu
  • Scoot terbang 2 kali dalam sehari kecuali hari Selasa, Kamis dan Jumat sebanyak 3 kali = 17 penerbangan/minggu
  • Singapore Airlines terbang 6 kali dalam sehari = 43 penerbangan/minggu

Sedangkan pada kapasitas masing masing maskapai :

  • Garuda Indonesia menggunakan pesawat B 737-800, Airbus A 330-300 dan -900Neo
  • Citilink menggunakan pesawat Airbus A 320-100/200
  • Scoot menggunakan pesawat Airbus A 320-100/200 dan A 320Neo
  • Singapore Airlines menggunakan pesawat Boeing B 777-300 dan Airbus A 350-900

Sehingga bila dijumlah, Garuda Indonesia dengan Citilink nya sebanyak 41 penerbangan/minggu sedangkan Singapore Airlines dengan Scoot nya sebanyak 60 penerbangan/minggu, sedangkan untuk kapasitas sepertinya Singapore Airlines juga jauh lebih banyak.

Rute Singapore-Denpasar 

  • Garuda Indonesia terbang 1 kali setiap hari = 7 penerbangan/minggu
  • Scoot terbang 3 kali setiap hari = 21 penerbangan/minggu
  • Singapore Airlines terbang 6 kali setiap hari = 43 penerbangan/minggu

Sedangkan pada kapasitas masing masing maskapai : 

  • Garuda Indonesia menggunakan pesawat B 737-800
  • Scoot menggunakan pesawat Airbus A 321Neo dan Boeing B 787-8/9
  • Singapore Airlines menggunakan pesawat Boeing B 787 dan B 737 MAX 8

Sehingga bila dijumlah, pada rute SIN-DPS ini Garuda Indonesia dengan Citilink nya hanya sebanyak 7 penerbangan/minggu sedangkan Singapore Airlines dengan Scoot nya sebanyak 64 penerbangan/minggu.

Sedangkan untuk kapasitas sepertinya Singapore Airlines juga jauh lebih banyak karena menggunakan pesawat berbadan lebar pada beberapa penerbangannya sedangkan Garuda Indonesia hanya dengan pesawat berbadan sedang.

Dari kerjasama ini apa yang kita dapat lihat secara mendalam selain dari tujuannya yaitu untuk meningkatkan konektivitas udara antar dua negara ?

Jika ada yang menjawab karena maskapai kita kekurangan pesawat bisa benar adanya, mengapa demikian ?

Mari kita telaah kerjasama ini dimana para maskapai dari kedua negara dapat membuka penerbangan antar enam kota di Korea Selatan dan di Indonesia dengan beberapa pengecualian dari ICN ke CGK dan ICN ke DPS, artinya ada beberapa rute baru yang akan dilayani seperti misalnya KNO--ICN, MDO--ICN  dan lainnya.

Rute rute ini sebelumnya belum terlayani (unserved route), sehingga bagi pelaku perjalanan dari Medan yang.sebelumnya harus transit di Singapore untuk terbang ke ICN sekarang bisa terbang langsung.

Dari sini kita bisa melihat bahwa sebenarnya ada permintaan kursi yang cukup potensial pada rute KNO--ICN.

Pada kerjasama tersebut dikatakan bahwa maskapai dari kedua negara dapat melakukan penerbangan hingga 7 kali dalam seminggu dari dan ke bandara bandara yang termasuk dalam kerjasama tersebut kecuali bandara CGK, ICN dan DPS, sehingga jumlah permintaan kursi per harinya mencukupi bagi maskapai untuk melakukan penerbangan setiap harinya.

Pada sisi maskapai, kesempatan ini jelas membuat maskapai menghasilkan pendapatan usaha melalui utilisasi pesawatnya sedangkan dari sisi kedua negara adalah konektivitas udara yang membuka banyak peluang pada segala bidang terutama perdagangan dan pariwisata.

Akan tetapi jika kita melihat realisasi Joint Venture antara Garuda Indonesia dan Singapore Airlines dengan menggunakan data di situs flightconnections untuk frukensi dan kapasitas di ketiga rute penerbangan yang termasuk pada kerjasama tersebut dapat kita simpulkan bahwa maskapai Singapore Airlines sepertinya lebih banyak memenuhi permintaan kursi di masing masing rute dibandingkan dengan Garuda Indonesia.

Namun memang kita harus melihat realisasi dari kerjasama ini di masa mendatang dengan melihat jumlah penerbangan dan kapasitas di masing masing rute yang masuk dalam kerjasama ini, akan tetapi kerjasama ini agak berbeda dengan Joint Venture dengan Singapore Airlines karena dalam perjanjian bilateral ini mencakup semua maskapai di kedua negara.

Sebagai informasi, jumlah maskapai Korea Selatan cukup banyak yang melayani penerbangan internasional baik maskapai layanan penuh maupun maskapai berbiaya rendah diantaranya adalah Air Busan, Jeju Air, Asiana Airlines, Jin Air, T'Way Air.

Dari sisi mengantarkan banyak wisatawan, kerjasama ini bisa terlihat efektif karena baik rute penerbangan yang sebelumnya tidak terlayani (unserved routes) maupun rute yang belum maksimal terlayani (underserved routes) dapat terlayani secara penuh sehingga permintaan kursi dapat dipenuhi.

Bagaimana dengan maskapai kita sendiri, apakah maskapai kita memanfaatkan kerjasama ini hanya untuk memperluas jaringannya tanpa penambahan armada (kapasitas) yang justru akan menguntungkan maskapai negara lain dengan jumlah armada yang lebih banyak serta dengan jenis pesawat dengan kapasitas lebih banyak ?

Apakah maskapai kita memiliki visi dan misi serta memaksimalkan perannya sebagai penyedia angkutan udara kepada rakyat Indonesia dan juga para tamu yang akan berkunjung ke Indonesia berupa penerbangan domestik, regional dan Internasional.

Mudah mudah an tidak semua dan selamanya segala bentuk kerjasama dalam angkutan udara dengan pihak dan negara manapun digunakan untuk menambah jumlah kunjungan wisatawan masuk ke Indonesia namun juga menambah pendapatan kepada maskapai kita.

Mudah mudah an juga kekurangan kapasitas pada maskapai kita diusahakan tidak terlalu berlangsung lama baik pada penerbangan domestik, regional Asia Pasifik maupun Internasional.

Salam Aviasi.

Referensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun