Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menyikapi Penghargaan Wisata

14 Agustus 2022   21:13 Diperbarui: 15 Agustus 2022   09:02 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada akomodasi penginapan dalam kriteria tersebut menandakan bahwa tidak semua pulau harus dijadikan tempat bermalam dengan perkataan lain bisa hanya berupa island hopping.

Nah untuk mendukung island hopping adalah kapal wisata, kenapa kita tidak memulai untuk lebih menggiatkan itu.

Penentuan jalur pelayaran wisata seperti di Kepulauan Sunda Kecil, mengelilingi TN Ujung Kulon dengan pemandangan anak Krakatau, eksplor kawasan Mutiara di Kepulauan Riau, dan saling adventure trip ke atol Takabonerate dan Sabalana dan lainnya bisa dilakukan.

Jika kita bisa merubah kelas US National Parks menjadi National Park saja, kita punya banyak taman nasional, baik itu yang didarat maupun kombinasi laut dan daratan seperti Baluran, Ujung Kulon, Kerinci, Rinjani, Komodo dan lainnya.

Pada kriteria T+L disebutkan beberapa unsur yaitu Natural attractions, activities, lodging, wildlife, accessibility, cleanliness, dan sepertinya tidak ada penyebutan pengembangan seperti Jurassic Park disini.

Mari kita berfokus pada kata Lodging disini yang tidak mengacu pada penginapan mewah, lodging sesuai kamus adalah Furnished rooms in another's house rented for accommodation atau Sleeping accommodations sehingga bila diilustrasikan bahwa pondok kecil (hut) sudah cukup mempresentasikan definisi tersebut.


Selain itu konsep hotel memang tidak sesuai dengan Taman Nasional yang lebih mendekatkan pengunjung pada alam.

Kenapa kita justru berjalan berbeda arah dalam pengembangan Taman Nasional kita dengan kriteria T+L yang bisa dikatakan sebagai salah satu mercusuar informasi dan rekomendasi bagi wisatawan di seluruh dunia ?

Bahkan kita hanya banyak berfokus pada satu Taman Nasional saja padahal kita punya banyak dan diantaranya ada yang sudah ditetapkan menjadi Taman Bumi atau Geopark.

Dari semua itu ada baiknya jika fokus pengembangan pariwisata tidak hanya pada satu atau beberapa destinasi saja, mulailah memandangi peta Indonesia dan berkaca bahwa kita ini negara kepulauan sehingga wisata bahari adalah sangat potensial untuk dikembangkan.

Pariwisata mencakup bamyak hal yang pada kebanyakan keadaan saling mendukung serta tidak hanya terfokus pada bangunan beton saja ataupun hanya berdasarkan pemikiran kita dan beberapa pihak tentang apa yang wisatawan (asing dan domestik) inginkan, mulailah untuk juga melihat kriteria penilaian penghargaan dari pihak pihak yang dijadikan mercusuar bagi wisatawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun