Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Pasal-pasal Karet, Peluru Karet, dan Permen Karet

19 Februari 2021   09:20 Diperbarui: 19 Februari 2021   09:59 1336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(foto: bobo.id)
(foto: bobo.id)
Saya jadi bertanya-tanya sendiri, apakah sebagian masyarakat menanggapi pasal-pasal karet seperti permen karet yang mudah di kunyah dan dimain-mainkan untuk memuaskan perasaan senang, enak karena manis dan kenyal seperti permen karet. 

Manakala rasa manis sudah hilang dan mulut bosan atau capek mengunyah permen karet dibuang begitu saja. Adakalanya terinjak, mengotori sepatu atau sandal. 

Ada yang membuang permen karet dengan cara menempelkan di pagar tempat ibadah, yang terbuat dari kayu, besi atau tembok. Lebih keterlaluan lagi ada umat yang menempelkan sisa permen karet di bawah bangku atau kursi di dalam rumah ibadahnya sendiri.

Kalau tidak salah baca, Singapura pernah mengeluarkan undang-undang atau peraturan yang melarang warganya membuang sisa permen karet sembarangan. 

(foto: womantalk.com)
(foto: womantalk.com)
Karet tidak hanya bermanfaat tetapi juga menimbulkan sampah yang tidak mudah terurai. Bagaimana dengan pasal-pasal karet ? Tidak sedikit yang sudah dilaporkan akibat pasal-pasal karet yang dirasa tidak memberi rasa keadilan. Tidak sedikit yang merasa dikriminalisasi. Tidak sedikit berita terkait penerapan UU ITE dengan pasal-pasal karet. 

Tetapi masih sedikit yang menulis tentang permen karet. Saya bersedia menulis tentang permen karet kok. Apalagi jika dari perusahaan atau produsen permen. Wani piro ? Namanya juga karet, bisa tarik ulur. 

Bukankah ini juga tulisan karet ? Bisa serius, bisa bercanda. Seperti karet yang lentur. Tapi satu pesan saya setelah baca tulisan ini, jangan ramai-ramai menjepret saya dengan karet gelang. Kalau ini saya sudah pernah merasakan.

"Sakit…"

"Sakitnya, tuh di sini." kata Cita Citata. Ah, semakin ngaret tulisan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun