Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Susahnya Jadi Raja, Walau di Toilet

7 September 2019   14:02 Diperbarui: 9 September 2019   12:26 20685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: erudisi.com)

Manakala saya tanya jika ada keluhan dari konsumen atau pengguna toilet terkait sarana toilet, kebersihan, atau perilaku penunggu toilet, Made mempersilakan menghubungi ke pihak penyewa toilet.

Apa tidak khawatir nanti citra pelayanan SPBU yang dikelolanya tercoreng, gara-gara kurang baiknya pelayanan atau kebersihan toilet? Seperti tulisan Rp 2000 yang sebenarnya tidak diperbolehkan oleh Pertamina, tanya saya. Made hanya mengatakan mengembalikan pada kesepakatan atau perjanjian antara pihaknya dengan penyewa toilet.

Ada tarif di toilet SPBU (foto: Ko In)
Ada tarif di toilet SPBU (foto: Ko In)

Ketika saya sampaikan tulisan Rp 2000 kepada penjaga toilet, ia menunjukkan rasa kurang senang dengan apa yang saya sampaikan dan mempersilahkan menanyakan ke pengelola SPBU. Ah, serasa bola pingpong diri ini.

Lain lagi dengan pengalaman seorang ibu, yang keberatan disebut namanya, dia pernah memberi uang Rp 5000 ke penunggu toilet di SPBU karena bersih. Hal itu disampaikannya saat saya temui Rabu (4/9/2019) di tempat kerjanya di salah satu SPBU di Jawa Tengah.

Menanggapi pengelolaan toilet di SPBU oleh pihak ketiga, dia mengatakan SPBU di tempatnya bekerja tidak disewakan dan tidak menuliskan tarif di toilet.

"Seiklhasnya, karena biaya yang diperoleh dari pengguna untuk membeli perlengkapan seperti sapu, pel, sikat, cairan pembersih." jelasnya. Ibu ini mengatakan dirinya sampai menolak tujuh proposal dari pihak ketiga yang ingin mengelola toilet di SPBU-nya.

(grafis: salesforce)
(grafis: salesforce)

Ketika disinggung berapa besaran tawaran yang diajukan, dia menyebutkan angka Rp 150 juta per tahun. Apakah itu permintaan pihak pemilik SPBU atau pihak penawar, kurang jelas disebutkan.

Sementara itu Darmawan penanggung jawab harian sebuah SPBU di Jawa Tengah saat saya temui di hari yang sama, pernah menolak lima atau enam kali pengajuan proposal untuk mengelola toilet di SPBU tempat dia bekerja.

Darmawan sengaja mematok angka Rp 140 juta jika ada yang ingin mengelola toilet di tempatnya. Tujuannya supaya tidak ada yang berani untuk menawar karena di tempatnya, toilet dikelola sendiri. Tidak ada tulisan tarif. "Karena itu tidak diperbolehkan oleh Pertamina," tambahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun