Mohon tunggu...
Klub Menulis HPIM
Klub Menulis HPIM Mohon Tunggu... Akuntan - OBOR

Akun Resmi Klub menulis Himpunan Pelajar Indonesia Ma'had di Mesir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Air Mata Bahagia

21 Agustus 2021   16:10 Diperbarui: 21 Agustus 2021   16:13 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahagiaku|Sabrinaass, weheartit.com

Oleh : Ae Ri

Musim panas sudah tiba, cuaca yang terik dan panas sudah menjadi sahabat sejati yang selalu menemaniku saat beraktivitas sehari- hari. Lingkungan yang ramai, sempit, dan suara bising klakson di mana-mana sudah menjadi hal yang lumrah bagi para pelajar di Mesir. Dimana para penjahat selalu mengintai kita, pelajar asing. Yah, begitulah hidup selalu digeluti oleh berbagai masalah.                                                               

Namaku Khansa, aku adalah seorang pelajar di Mahad Al-Azhar Mesir tingkat Aliyah.  Aku  berasal dari wilayah yang dijuluki "Di atas minyak dan di bawah minyak", provinsi terkaya di Indonesia. Wilayah yang tidak memiliki gunung atau pun pantai, dan memiliki hutan yang sangat banyak nan rimbun. Tapi itu dulu, sekarang sudah hampir gundul diakibatkan kebakaran hutan yang sangat dahsyat yang melanda di tahun 2018 dan 2019. Bukan hanya karena kebakaran tapi juga karena tangan-tangan manusia yang haus akan kekayaan dunia. Mereka hanya mementingkan keuntungan pribadi saja dan merugikan banyak pihak. Itulah sekilas cerita tentang daerah tempat kelahiranku, Riau.

***

Tidak terasa sudah hampir 5 tahun aku berada di bumi Kinanah ini. Rasa rindu dengan tanah air sudah semakin menggelora, sudah tidak bisa ditahan lagi bagaikan api yang melahap apa yang di sekelilingnya. Sesekali air mata ini mengalir dengan sendirinya karena tidak kuasa menahan rindu dengan Keluarga. Aku berusaha menahan dan mengalihkan rasa rindu itu. Suatu ketika gadgetku  berdering, dengan sigap aku mengangkat dan menjawab telepon tersebut "Halo, Assalamualaikum Umi Abi" seruku. " Waalaikumsalam warrahmatullah, apa kabarnya Kakak di sana? Sehat?" Tanya umi dan abi seperti biasanya. "Alhamdulillah sehat Mi" jawabku seperti biasa. Kemudian seperti biasa umi dan abi menanyakan proses belajar dan keseharianku. Dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu cukup membantu untuk mengobati sebagian rasa rinduku kepada orang tua. Akan tetapi dalam percakapan ini umi dan abi sedikit berbeda. Tiba- tiba umi mengatakan "Kakak yang sabar ya, liburan musim panas ini Umi dan Abi belum bisa membiayai kamu untuk pulang ke Indonesia. Karena sekarang keuangan keluarga sedang tidak mendukung. Kakak yang kuat ya di sana. Doa Umi dan Abi selalu menyertaimu" ucap umi. "Iya mi.. gapapa, lagi pula kakak masih ada target yang dikejar. Yang penting Umi dan Abi di sana sehat, dan keluarga juga sehat." Tangisan umi pun pecah.

Rindu itu memang berat. Ketika dua insan atau lebih memiliki ikatan batin tinggi, kini berjauhan,  terhalang oleh samudra-samudra bahkan benua. Pada saat itu suasana pun seketika berganti dengan isak tangis seorang ibu yang sangat merindukan anaknya. "Maafkan Umi dan Abi ya kak.. Umi sangat rindu dengan Kakak. Kakak di sana berjuang mendapatkan ilmu, kita di sini sekuat tenaga mencari uang untuk Kakak" seru umi. Suasana semakin menderu dan air mataku pun tidak bisa dibendung lagi dan tumpah membasahi pipiku.

"Iya Umi.. Umi ga perlu menyalahkan keadaan Umi dan Abi sekarang. Kakak betah kok di sini. Udah Umi jangan nangis lagi ya mi.. Kakak sayang Umi." Jawabku sambil terisak. "Iya Kak. Terima kasih sudah mengerti keadaan kami. Kami bangga punya Kakak" senyum tipis menghangatkan suasana, umi dan abi membalas dengan senyuman.

Aku merupakan anak kedua dari empat bersaudara, dan aku adalah anak satu-satunya yang sedang berjuang menimba ilmu di negeri orang. Sejak awal aku merasa sedikit was-was dengan keadaan. Sebab aku berada di Mesir, sejak berusia 15 tahun dan sekarang menginjak umur 20 tahun.

Kini aku telah melewati masa-masa remaja yang suka jalan-jalan dan masa pencarian jati diri. Aku sudah berada difase yang tidak main-main lagi. Aku beranggapan sudah dewasa, harus fokus untuk masa depan dan berpikir bagaimana cara untuk membahagiakan orang tua dunia dan akhirat.

Hingga suatu ketika aku sedang berjalan-jalan ke Taman dengan Jihan sahabatku. Jihan merupakan salah satu anak yang pintar dan telah selesai menghafal 30 juz dalam Al-Quran. "Jihan.. Aku mau tanya sesuatu dong" ujarku kepada Jihan. "Mau tanya apa Sa?" tanyanya sambil berjalan-jalan melihat bunga-bunga yang sedang bermekaran. "Gini han, cara membahagiakan orang tua tuh gimana sih? Apa dengan memberikan mereka barang yang mahal? atau membelikannya rumah mewah? Soalnya aku pengen banget ngasih mereka sesuatu yang bener-bener membuat mereka seneng." Tanyaku sambil mengajaknya untuk duduk di bangku yang menghadap Danau kecil di dalam taman tersebut.  Jihan tersenyum sambil menatapku dan menjawab "Sa.. sini deh aku kasih tau gimana caranya membahagiakan orang tua tanpa ribet dan orang tua bakal bahagia dunia dan Akhirat" ucap Jihan. "Emangnya ada Han?" tanyaku. "Ada dooong pastinya" jawab Jihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun