Batuanten, 30 Juni 2025 --- Desa bukan hanya tentang sawah, ladang, atau kesederhanaan hidup. Desa juga menyimpan ketekunan, kearifan lokal, dan potensi ekonomi yang jika disentuh dengan pendekatan tepat, bisa berkembang menjadi kekuatan yang nyata. Di Desa Batuanten, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, potensi itu hadir dalam bentuk sederhana: jamur tiram organik milik seorang petani lokal, Bapak Aris, warga RW 2.
Selama bertahun-tahun, Pak Aris mengembangkan budidaya jamur tiram secara mandiri. Produksinya stabil dan kualitas jamurnya terjaga. Namun, satu hal yang masih menjadi tantangan: tidak adanya identitas merek dan kemasan yang layak. Produk jamur dijual dalam bentuk curah tanpa label, tanpa nilai tambah, dan tentu saja berdampak pada harga jual yang rendah.
Berangkat dari kondisi tersebut, Kelompok 3 KKN Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto merancang sebuah program kerja di bidang ekonomi desa. Fokus utamanya adalah membangun branding produk dan memperkenalkan sistem pengemasan sederhana yang bersih, menarik, dan siap masuk ke pasar lokal.
Menjawab Tantangan Pemasaran Produk Lokal
Selama ini, jamur tiram hasil budidaya Pak Aris dijual secara curah tanpa merek, tanpa label, bahkan tanpa kemasan standar. Kondisi ini membuat nilai jualnya rendah dan sulit dipasarkan di tempat-tempat yang lebih potensial. Berangkat dari permasalahan ini, tim KKN melakukan pendekatan dengan menghadirkan solusi sederhana namun berdampak: mulai dari penamaan merek, desain logo, hingga pengemasan higienis dan menarik.
Proses Produksi dan Pengemasan: Bersih, Rapi, Bernilai Tambah
Langkah pertama dimulai dari panen dan pemilahan jamur berdasarkan kualitas. Setelah itu, jamur ditimbang sebanyak 100 gram per kemasan, disusun dalam wadah sterofoam, lalu ditutup menggunakan plastik mika transparan agar tampak segar dan profesional. Tak hanya itu, bagian bawah kemasan juga diberi resep olahan jamur praktis sebagai bonus edukatif bagi konsumen.
Tim KKN juga mencetak dan menempelkan label produk berisi nama brand, jenis jamur, berat bersih, dan status organik. Semua proses dilakukan dengan mengenakan sarung tangan plastik untuk menjaga kebersihan selama pengemasan.
Distribusi dan Promosi: Menjangkau Pasar Lewat Warung Sekitar
Produk jamur tiram kemasan ini kemudian dititipkan ke sejumlah warung di sekitar Desa Batuanten, terutama yang memiliki fasilitas freezer atau pendingin. Dengan cara ini, kualitas jamur tetap terjaga dan bisa menjangkau lebih banyak pembeli secara konsisten.
Lebih dari Sekadar Kemasan: Membangun Nilai dan Kepercayaan
Bagi mahasiswa KKN, kegiatan ini adalah bentuk kontribusi dalam mengembangkan potensi ekonomi lokal. Sementara bagi Pak Aris, ini adalah tonggak awal untuk membawa hasil panennya naik kelas. "Baru kali ini jamur saya dikemas seperti ini. Rasanya bangga lihat ada label dan resep masakan juga," ungkapnya.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa inovasi tidak selalu harus besar. Terkadang, mengemas ulang potensi lokal dengan pendekatan yang tepat sudah cukup untuk mengubah masa depan pelaku usaha kecil. Kelompok 3 KKN UNU Purwokerto 2025 menunjukkan bahwa KKN bukan hanya soal pengabdian, tetapi juga soal menciptakan warisan perubahan.
Karena potensi yang dilihat, disentuh, dan diberdayakan --- akan tumbuh lebih kuat dari desa untuk Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI