MAGELANG - Mahasiswa KKN Universitas Tidar 2025 telah melaksanakan program Pengembangan Pengelolaan Sampah Organik Menggunakan Watumpor (Wadah Tumpuk Organik) di Desa Pagersari. Program ini dilaksanakan selama kegiatan KKN berlangsung mulai dari Selasa (07/01/2025) hingga Jum'at (07/02/2025).
Dari kesempatan yang diberikan, Mahasiswa KKN mengembangkan inovasi pengelolaan sampah organik rumah tangga dengan memanfaatkan Watumpor. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi timbulan sampah organik yang sudah menjadi permasalahan umum di Indonesia. Dalam kegiatan ini, mahasiswa KKN Untidar 2025 mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan program kerjanya di salah satu dusun di Desa Pagersari, yaitu Dusun Pagerjurang.
Pelaksanaan program kerja ini dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama yaitu mahasiswa KKN Untidar melakukan koordinasi dengan kepala Dusun Pagerjurang dan Pengurus PKK Pagerjurang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi, rencana kegiatan, waktu dan mekanisme kegiatan. Berdasarkan koordinasi yang telah dilakukan pada tanggal 7 Januari 2025, didapatkan informasi mengenai latar belakang masyarakat Dusun Pagerjurang yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Terdapat pula budidaya ikan yang memanfaatkan selokan atau saluran air sebagai tempat budidaya, yang dikenal sebagai Mina Lepen. Selain itu, Dusun Pagerjurang juga sedang mengikuti Program Kampung Inovasi. Dalam rangka mengembangkan inovasi pengelolaan sampah, Dusun Pagerjurang telah menerima bantuan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan berupa dekomposter yang diberi nama Wadah Tumpuk Organik (Watumpor).
Kepala Dusun Pagerjurang, Bapak Arif Haryanto juga menjelaskan kendala yang terjadi saat ini. "Wadah Tumpuk Organik (Watumpor) belum terdistribusi secara penuh dan diterapkan oleh masyarakat. Selain itu, masyarakat yang sudah lansia mungkin kurang dapat memahami pemanfaatannya apabila hanya dilakukan sosialisasi, atau bisa jadi setelah sosialisasi mereka lupa tentang bagaimana cara mengelolanya dan jenis sampah yang boleh dimasukkan" Ujarnya. Maka dari itu, mahasiswa KKN Untidar juga memberikan stiker cara pengelolaan sampah organik dengan memanfaatkan Watumpor yang dapat ditempel pada alatnya masing-masing. Stiker ini dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman masyarakat dalam mengelola sampah organik sehingga diharapkan dapat mengurangi kesalahan penggunaan.
Dalam pemaparan materi dijelaskan mengenai proses penguraian sampah dengan memanfaatkan maggot, mulai dari tahap awal dimana selama dua minggu Watumpor diisi dengan buah busuk atau sisa buah secara berkala untuk merangsang datangnya lalat Black Soldier Fly (BSF). Lalat BSF akan bertelur di dalam wadah tersebut, kemudian dalam beberapa hari telur lalat akan menetas menjadi maggot yang akan mengurai sampah organik. Seiring berjalannya waktu, maggot akan terus menguraikan sampah yang akan menghasilkan lindi. Lindi merupakan produk turunan dari proses pengolaan sampah organik menggunakan Watumpor, yaitu cairan organik yang kaya nutrisi dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair organik alami.
Pada tanggal 12 Januari 2025, mahasiswa KKN Untidar berkerja sama dengan masyarakat melakukan distribusi alat Watumpor kepada warga dusun Pagerjurang yang menjadi sasaran penerima. Sejumlah 80 unit Watumpor didistribusikan kepada warga yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan kerja bakti serentak di Dusun Pagerjurang. Proses distribusi dilakukan secara terorganisir dengan pendataan penerima untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi penggunaan alat di kemudian hari.